Kamis, 23 Juni 2022

Tugas 3.3.a.10 Aksi Nyata- Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

 

Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata

Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

Oleh. Nurwahid
CGP Angkatan 4 Kabupaten Melawi
Provinsi Kalimantan Barat

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala Puji hanya Milik Allah, Atas segala limpahan Nikmat dan Karunia yang diberikan kepada kita semua, terkhusus kepada saya pribadi, karena sampai pada momen ini masih terus berupaya untuk menjadi insan pendidik guna melaksanakan tujuan pendidikan Nasional. Semoga kita semua diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan aktivitas kita sehari-hari. Amiiin

sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kita sebagai ummatnya, semoga selalu mendapatkan Syafaat dari beliau. Amin

Hari ini merupakan rangkaian kegiatan Aksi Nyata dari Modul 3.3 dalam Tugas Modul 3.3.a.10 tentag Pengelolaan Progra yang Berdampak Pada Murid. dan kegiatan ini saya lakukan di sekolah saya yakni SMP Negeri 7 Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Profinsi Kalimantan Barat. Adapun Program yang dilakukan adalah "Program membaca murid yang menguatkan interaksi sosial  antara siswa di kelas secara positif, arif, dan bijaksana (Program Membaca Al-Qur’an bersama teman di kelas)".

Peristiwa/Fakta (facts)

Zaman modern saat ini informasi hadir dalam berbagai media dan menuntut kita agar melek terhadapnya dengan kemampuan literasi. Literasi dapat menjadi tolak ukur terhadap kemajuan suatu bangsa. Dengan budaya literasi dapat menjadikan bangsa Indonesia melahirkan sebuah generasi yang unggul dalam berbagai bidang. Dalam proses pendidikan disesuaikan dengan zamannya dimana penguasaan literasi adalah media yang efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan demi kemajuan kualitas pendidikan untuk masa depan. Literasi secara luas diartikan sebagai kemampuan berbahasa yang mencakup kemampuan membaca, menulis, menyimak, berbicara serta kemampuan berfikir yang menjadi bagian elemen dari literasi. Literasi juga diartikan sebagai melek huruf, kemampuan baca tulis dan kemelekwacanaan.

Pada dasarnya literasi Al-Qur’an berawal sejak diturunkannya wahyu Al-qur’an yang pertama yaitu Iqra‟ yang berarti bacalah. Istilah literasi selalu terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, Berkaitan dengan hal ini makna literasi secara luas dijelaskan pula dalam Al-qur’an yang menunjukkan bahwa literasi dan Al-qur’an sangat berkaitan dimana literasi merupakan bagian dari pembelajaran Al-qur’an. Al-qur’an adalah kitab suci yang merupakan sumber ajaran utama dalam Islam. Kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagai petunjuk bagi umat manusia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Umat Islam wajib mengimani, mempelajari dan mengamalkan isi kandungan Al-qur’an. Dalam banyak pendapat bahwa Secara etimologi, Al-qur’an berasal dari bahasa Arab Qaraa yang artinya bacaan atau sesuatu yang dibaca.

Di Indonesia belajar Al-qur’an memberikan kemudahan tempat dan waktu, seperti belajar Al-qur’an yang dapat ditemukan di rumah, madrasah, masjid atau di tempat majelis ilmu lainnya. Namun berbeda halnya dengan sekolah umum, belajar Al-qur’an menjadi sesuatu yang bersifat terbatas sehingga kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya membaca dan mempelajari Al-qur’an serta kurangnya pengetahuan akhlak dikalangan pelajar. Kondisi ini sangat memprihatinkan bagi masa depan siswa sebagai penerus bangsa, siswa yang kurang memiliki pengetahuan keterbacaan dan akhlak yang kurang baik akan berdampak pula terhadap prestasi belajarnya. Salah satu hal yang dapat mendorong adanya budaya literasi agama Islam adalah dengan adanya kegiatan literasi Al-qur’an dikalangan pelajar yaitu dengan menumbuhkan kesadaran siswa dalam membaca dan mempelajari Al-qur’an sebagai pedoman hidup sehingga membimbing para siswa dengan pengetahuan akhlak berdasarkan Al-qur’an. Literasi Al-qur’an sangat berperan dalam menumbuhkan budaya baca dengan meningkatkan iman dan takwa serta akhlak mulia melalui pendidikan sekolah.

Fenomena yang terjadi di SMP Negeri 7 Nanga Pinoh. Dimana beberapa siswa disetiap kelas masih ada yang terbata-bata atau bahkan kurang mengetahui huruf Al-qur’an secara baik dan benar. Untuk itu, perlu adanya peningkatan kegiatan pemahaman terhadap Baca-Tulis atau disebut Literasi  Al-qur’an.  Program membaca murid ini dilakukan untuk menguatkan interaksi sosial  antara siswa di kelas secara positif, arif, dan bijaksana (Program Membaca Al-Qur’an bersama teman di kelas). Program yang berdampak pada murid adalah program yang mampu memingkatkan keberpihakan kepada murid, menguatkan apa yang kita miliki,mengajarkan dan mendorong anak untuk melakukan kegiatan yang bermakna untuk murid dan mengimplementasikan kepemimpinan murid dalam setiap kegiatan belajarnya. Menumbuh Kembangkan Kepemimpinan murid, akan tercipta budaya dan sikap-sikap positif yang tercipta dari kemandirian Murid, Kreatif dan Gotong royong serta berkebinekaan global melalui budaya Literasi Al-Qur'an di Lingkungan Sekolah.

Hari ini kita dihadapkan pada masalah Budaya Membaca anak yang menurun Terkhusus Membaca Al-Qur'an utamanya dirumah dan di sekolah. Karena Karakteristik Lingkungan yang Flural akan Budaya dan adat Istiadat, maka penting untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman terhadap AL-Qur,an. Program ini dilakukan 15-30 menit setiap pembelajaran PAIdan PB dilakukan. Dimana siswa diberikan Pilahan untuk membaca Ayat-ayat Al-Qur'an dan melakukan Tela'ah Terhadap Terjemahan dengan menuliskan poin dan pesan penting dari setiap ayat yang mereka baca. Hal ini tentu dilakukan dengan tujuan agar murid terbiasa membaca Al-Quran, mereka juga mengetahui dengan Terampil memaknai maksud serta pesan dari setiap ayat yang mereka baca dan menyampaikan hasil catatan yang sudah dilakukan siswa terhadap siswa lain didepan kelas.

Setiap perbuatan tentu ada harapan ataupun tujuan yang akan terus dipegang utamanya hal yang berkaitan dengan Nilai-nilai Religius, akhlakul karimah dan Keistiqomahan guru dan murid. Adapun program ini merupakan Program membaca murid yang menguatkan interaksi sosial  antara siswa di kelas secara positif, arif, dan bijaksana (Program Membaca Al-Qur’an bersama teman di kelas). Oleh karena itu, alasan saya memilih aksi tersebut adalah disarkan kepada dan dengan Alasan karena:

  1. Dengan adanya kegiatan literasi Al-Qur'an dikalangan Siswa, hal ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan kesadaran siswa dalam membaca dan mempelajari Al-Qur'an sebagai pedoman hidup.
  2. Literasi Al-Qur'an juga sangat berperan dalam menumbuhkan budaya baca dengan meningkatkan iman dan taqwa serta ahlak mulia melalui pendidikan sekolah.

 

Melakukan Sosialisasi Program sekaligus Persetujuan Kepada Kepala Sekolah

Meminta Pendapat, Saran dan masukan kepada Teman Sejawat
Berkaitan dengan Realisasi Program


Kegiatan Membaca Al-Qur'an di kelas VIII
Membaca Ayat dan Surah Sesuai dengan Keinginan dan Kebutuhan Murid

Siswa Melakukan Analisis Makna dari Surah dan Ayat 
yang mereka Pilih sesuai dengan Kebutuhan Murid


Perasaan (feelings)

Dalam menjalankan Aksi Nyata modul 3.3.a.10 ini, di SMP Negeri 7 Nanga Pinoh, bukan hanya sebagai pemenuhan Tugas Modul 3.3, melainkan betul-betul sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan. Ini merupakan Program membaca murid yang menguatkan interaksi sosial  antara siswa di kelas secara positif, arif, dan bijaksana (Program Membaca Al-Qur’an bersama teman di kelas), Oleh karena itu, perasaan saya dalam menjalankan kegiatan ini yang pertama Senang  karena sudah banyak belajar dalam Modul ini dan dapat menerapkannya meski tentunya belum dengan baik dan sempurna. Selain itu, saya dapat mempraktikan dan mengetahui tentang Pengelolaan Program yang berdampak kepada murid, yang efektif dan efesien serta dilakukan dengan berbagai proses matang dengan harapan program demi program yang dilakukan dapat bermanfaat utuk guru, murid dan lingkungan serta sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawabkan. Yang ke dua saya belajar lebih peka terhadap situasi dan kondisi disekolah, lebih belajar tentang kemampuan siswa, apa yangterbaik bagi dirinya dengan caranya sendiri. Disisi lain saya merasakan kehawatiran dan sedih karena masih menemukan siswa yang belum baik dalam membaca Al-qur’an.

 

Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang saya dapatkan dalam Aksi Nyata ini, yaitu Program membaca murid yang menguatkan interaksi sosial  antara siswa di kelas secara positif, arif, dan bijaksana (Program Membaca Al-Qur’an bersama teman di kelas). Dalam program ini, saya dapat melakukan praktik secara langsung bagaimana mengelola dan menjalankan program kegiatan sekolah yang berdampak kepada murid, dan dilakukan bersama-sama murid. Berdiskusi program dengan kepala sekolah dan teman sejawat dan melakukan refleksi terhadap kegiatan dan program yang dilakukan.  Selain itu saya memahmami bahwa selama ini kita (guru) terlalu egois dan merasa bahwa murid tidak memiliki jiwa memimpin dirinya dan selalu guru sebagai pengendali. Selain itu, saya dapat menerapkan Kepemimpinan Murid (Student Agency). Murid mendemonstrasikan “student agency”  ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Mulai hari ini, kita harus kembalikan fitrah murid yaitu belajar dengan kudratnya. Guru harus memberikan kesempatan terbuka dan seluas-luasnya kepada murid, untuk bereksplorasi dalam belajarnya serta memberikan kesempatan kepada murid untu meendorong Suara, Pilihan dan kepemilikan Murid dikelas.

Penerapan Kedepan (Future)

Agar pengetahuan yang sudah dipelajari terus menjadi Ilmu yang bermanfaat, tentu sesuai dengan Pepatah Arab mengatakan ”Al-Ilmu bila ‘Amalin Kas-Shajarin Bila Tsamarin”. Artinya: Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Berkaitan dengan ini, tentuk saya akan menerapkannya dikemudian hari dan melakukan evaluasi kegiatan secara berkala, tentang efektif dan efesiensi program serta memberikan kesempatan kepada murid untuk pemilihan dan menyuarakan metode penerapan program sesuai dengan minat, bakat dan kepemilikan murid. Mengingat juga efesiensi waktu yang kurang, maka kedepannya program ini akan diagendakan di luar jam belajar (setelah Sholat Zuhur) sesuai dengan permintaan Murid mulai dari kelas VII, VIII dan Kelas IX.


Berikut Dokumentasi Kegiatan Program


Bimbingan Bersama GPAI dan PB bagai siswa yang belum lancar

Bimbingan Antar Teman dan Tadarus bersama







Kegiatan Penyampaian hasil Belajar siswa dalam menemukan Makna dan Pelajaran 

yang terkandung didalam Al-qur'an dan Surah yang mereka Pilih

Demikian Rangkaian Program Aksi Nyata Modul 3.3.A.10 Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid, yang sudah saya terapkan di sekolah. Tentu berharap kegiatan ini terus Istiqomah dilakukan di sekolah agar murid merasakan pembiasaan diri dalam menjaga dan memaknai Al-Qur'an, baik itu disekolah maupun dirumah.


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Selasa, 03 Mei 2022

Tugas 3.1.a.10 Aksinyata Modul 3.1



Tugas 3.1.a.10. Aksi Nyata
Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh. Nurwahid
CGP Angkatan 4 Kabupaten Melawi
Provinsi Kalimantan Barat

Peristiwa/Fakta (facts)

A.      LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang sekaligus menjadi tujuan pendidikan nasional. Ini sesuai dengan  Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:  “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Pernyataan diatas juga sejalan dengan Filososfi Ki Hajar Dewantara dimana dalam pemikirannya beliau tentang Pendidikan dan sebagai tokoh Pendidikan Indonesia mengemukakan bahwa Dalam pandangan Ki hajar Dewantara, “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”.

Dari tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dipahami bahwa melalui pendidikan, bangsa Indonesia menginginkan terciptanya sumber daya yang tidak hanya berilmu saja tetapi juga memiliki karakter yang sesuai jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, pembetukan sikap peserta didik merupakan hal yang paling utama. Pembentukan sikap ini merupakan pondasi awal untuk membentuk kepribadian yang berakhlak dan berilmu. Pembentukan sikap ini dapat dilakukan melalui proses penanaman nilai-nilai luhur baik itu melalui proses pembelajaran maupu kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lainnya Pemikiran Ki hajar tersebut menyiratkan fungsi guru yang esensial yakni sebagai penuntun. Penuntun bagi kodrat alam yang sudah dimilikinya sejak lahir berupa bakat dan kondisi dimana ia dilahirkan. seorang anak harus diajarkan sesuai dengan kodrat alam dimana ia tinggal dan dibesarkan. Pendidikan yang memperhatikan konteks sosial budaya seperti itu diyakini akan lebih membahagiakan si anak. Terkait dengan situasi pendidikan saat ini pemikiran Ki hajar rasanya sangat sesuai terlebih mengingat Indonesia merupakan negara yang majemuk, beragam dan terpisah oleh pulau-pulau.

Masih menurut Ki Hajar kedudukan sebagai penuntun menuntut guru harus menjadi contoh saat berada didepan (tut Wuri handayani). Untuk itu guru diharapkan belajar lebih dari murid agar murid bisa meneladani si guru. Proses belajar guru sebagai penuntun agar ia bisa menyesuaikan diri dengan kodrat zaman yang oleh Ki hajar aspek penting dalam keberhasilan pendidikan.

Hari ini saya sebagai Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, mempunyai beban tugas yang sangat berat, khususny dalam penanaman nilai Religius, karakter, Akhlakul karimah dan nilai-nilai istiqomah bagi peserta didik saat ini. Seiring perkembangan teknologi, yang secara tidak langsung pula mengubah gaya kehidupan masyarakat, dan disisi lain juga akan menjadi baik tentunya apabila dapat digunakan dan dimanfaatkan dengan sebagaik-baiknya. Dengan majunya dan pesatnya perkembangan teknologi akan mempermudah pula bagai murid untuk mencari Ilmu pegetahuan tentang manfaat, nilai-nilai dan apa saja yang Akan Allah berikan kepada kita manakala melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang disyari’atkan oleh Agama Islam, melalui Al-qur’an dan Hadits. Namun perlu pengamalan dan praktik untuk menuju dan mendapatkannya.

Oleh karena itu, sebagai ketuntasan dalam Materi Sholat Fardhu dan Sholat Sunnah, perlu untuk melihat kemampuan praktik dan pengamalan murid baik secara Individu maupun kelompok. Bukan hanya itu saja, pada materi lain yaitu tentang THAHARAH perlu juga pengamalan Praktik tentang Tatacara Wudhu baik Fardhunya maupun kesunnahan dalam berwudhu. Dalam hal ini saya tentuk merasa salah satu orang yang dipersalahkan manakala murid yang saya didik masih lemah dalam penguasaan materi dan praktiknya.  Selain derasnya kemajuan teknologi yang tidak lagi dapat dibendung, maka saya harus juga mampu menanamkan pemahaman kepada Murid untuk bijak dan tetap mampu memilah dan menyaring segala Informasi yang hadir seiring perkembangan teknologi, dan yang terpenting juga adalah bagaimana murid harus bisa menjadi generasi yang memanfaatkan teknologi Dalam hal Ibadah misalnya, murid dapat mencari melalui literasi teks maupun Video tentang tatacara Ibadah Wudhu dan sholat sesuai tuntunanagama.  Dan juga bagaimana guru mampu dan selalu mengingatkan, bekerja sama dengan orang tua untuk selalu memperhatikan pelaksanaan ibadah murid ketika dirumah. Dengan melihat situasi ini, maka saya merasa perlu untuk melakukan penguatan terhadap apa yang sudah dilakukan di dalam kelas, baik melalui Literi teks maupun video. Sebagai penyelesaian kegiatan pembelajaran di kelas VII (tujuh) terlebih kepalas 9 (sembilan) yang akan lulus sebagai Alumni sekolah.

Ketika mengajar Dikelas VII (tujuh), bertepatan dengan materi Tharoh dan dilanjutkan dengan materi Sholat wajib dan Sholat Sunnah. Pada pelaksanaannya, saya masih menemukan murid yang belum belum melakukan praktik nya dengan baik pada pelaksanaan wudhu, begitu pula dengan gerakan Sholat dan baca-bacaan Sholat. Hal ini sontak membuat saya harus berfikir dan mengambil keputusan untuk melakukan dan melihat secara langsung kemampuan siswa dalam praktik ibadah yang dimaksud. Karena ini berkaitan dengan materi Ubudiyah/ibadah tentu ini masalah yang harus diatasi dan diselesaikan. Sebagai Guru pendidikan Agama Islam, dan juga sebagai Orang tua murid ketika disekolah, Apa kiranya keputusan yang tepat agar Murid dapat memiliki kemampuan dalam praktik Ibadah wudhu dan Sholat serta menjadi pembiasaan yang dapat dilakukan dengan Istoqomah yang tidak hanya dilakukan disekolah namun juga dapat dilakukan dirumah dan lingkungan masyarakat.

 

B.      Alasan Memilih Aksi Tersebut

Setiap perbuatan tentu ada harapan ataupun tujuan yang akan terus dipegang utamanya hal yang berkaitan dengan Nilai-nilai Religius, akhlakul karimah dan Keistiqomahan guru dan murid. Oleh karena itu, alasan saya memilih aksi tersebut adalah disarkan kepada dan dengan Alasan karena:
  • Masih terdapat Siswa yang belum Hafal dengan baik dan benar tentang bacaan-bacaan Sholat, dan terdapat gerakan praktik Ibadah Wudhu dan Sholat  yang belum Sesuai dengan ketentuan.
  • Praktik ini bukan hanya sebatas pengetahuan saja, namun harus menjadi praktik baik yang terus melekat pada jiwa dan karakter murid baik dirumah maupun di sekolah.
  • Penanaman pemahaman dan praktik Ibadah ini adalah salah satu cara guru Mata Pelajaran untuk memantau dan mengkoreksi cara berwudhu’ gerakan dan Bacaan sholat fardhu murid-murid
  • Membantu Murid dalam mengatasi masalahnya dalam bacacaan dan gerakan Wudhu dan Shalat secara baik dan benar sesuai tuntunan yang telah disyari’atkan.
  • Harapnya sebagai guru Mata Pelajaran agar nantinya siswa-siswi ini dapat terus melaksanakan kewajibannya untuk mengerjakan sholat Lima waktu, sehingga apa yang kami ajarkan kepada mereka dapat bermanfaat bgai kehidupan mereka baik saat ini maupun dikehidupan yang akan datang.
  • Mendapatkan penyelesaian masalah dan menemukan solusi dalam membantu murid yang belum hafal dan belum sempurna dalam bacaan dan gerakan ibadah Wudhu dan Sholat.
  • Melakukan praktik pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sesuai dengan literasi dalam Modul 3.1 yaitu 4 (empat) paradigma Dilema Etika, 3 (tiga) prinsip Dilema Etika dan 9 (sembilan) Konsep pengambilan dan keputusan Dilema Etika.

 C.      Hasil Aksi Nyata yang dilakukan

Dalam prosesi Aksinyata dan penyelesaian masalah yang saya paparkan di atas, maka untuk membantu dalam menyelesaikannya saya menggunakan tahapan demi tagapan analisis dan study kasus/masalah dengan langkah-langka sebagaimana yang sudah didapatkan pada Modul 3.1 ini. Berdasarkan kasus/masalah yang saya hadapi maka yang saya lakukan adalah menganalisisnya dengan 4 (empat) paradigma Dilema Etika, 3 Prinsi Dilema Etika dan  9 (sembilan) Konsep pengambilan dan keputusan Dilema Etika. Adapun hasil yang didapat sebagai berikut:

Sesuai dengan Masalah dan kasus yang sedang hadapi maka Paradigma Dilema Etika yang saya hadapi adalah Jangka Pendek lawan Jangka Panjang (short term vs long term).

Adapun Berdasarkan Prinsipnya, maka Ini sesuai dengan Prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Karena memang harapannya Murid dapat menjiwai dan memaknai setiap gerakan Sholat dan dan wudhu serta menjadikan paraktik baik yang menjadi pembiasaan yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang disyariatkan Agama Islam.  Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), karena memang sesuai dengan aturan Agama, maka Ibadah Sholat merupakan kewajiban setiap Individu yang sudah Balligh untuk melaksanakan Sholat dan bagian terpenting dalam Agama. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), ini dipilih karena menurut saya bahwa selain orang tua, guru yang merupakan bagian dari orang tua di sekolah harus menunjukan kepedulian bahwa selalu memberikan perhatian dan mengingatkan dengan tidak bosannya bahwa murid-murid harus tetap membiasakan dan melakukan dengan Istiqomah akan kewajiban Sholat dan Wudhu dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Tahapan selanjutnya tahapan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang saya lakukan adalah dengan 9 (sembilan) Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan. 

1.     Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Pada situasi yang sedang saya saya hadapi, maka nilai yang saling bertentangan adalah Nilai Religius, Istiqomah, tanggung jawab seorang Muslim dalam menjalankan Ibadah sesuai dengan keyakinan dan ketenangan.

2.     Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Pihak yang terlibat dalam situasi ini adalah Guru, Murid dan Orang Tua tentunya sebagai bentuk pengawasan terhadap murid dalam pelaksanaan Ibadah ketika dirumah, lingkungan keluarga dan masyarakat.

3.     Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Fakta Relevang dengan masalah ini adalah:

Ø  Terdapatnya sejumlah siswa yang belum Hafal dengan baik dan benar tentang bacaan-bacaan Sholat Do’a Setelah Wudhu

Ø  Terdapatnya sejumlah siswa yang belum baik dan benar dalam mempraktikkan gerakan Sholat dan Wudhu

Ø  Guru yang merasa dan memandang perlu untuk melakukan praktik secara individu ataupun kelompok dalam hal praktik gerakan Sholat dan Wudhu.

Ø  Melakukan Bimbingan dan Kolaborasi dengan Orang tua prihal bimbingan dan pengawasan murid

4.     Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut

Ø  Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal)

Tidak ada, karena sejatinya Ibadah Wudhu dan Sholat merupakan perkaran wahib bagi setiap individu Muslim, yang harus dilakukan pembiasaan sedini mungkin dan melekat pada jiwa dan sanubari murid.

Ø  Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi)

Tidak ada.  Dalam kasus ini, tidak ada pelanggaran Kode Etik, Justru Guru bersama Murid sedang menjalankan dan menanamkan nilai edukasi Religius terhadap murid, agar tertanam rasa tanggung jawab dan istiqomah dalam diri dalam Iman dan Taqwa.

Ø  Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi)

Tidak Ada, karena ini adalah merupakan keputusan yang dilakukan guru sebagai Implementasi jangka Pendek dan diharapkan menjadi pembiasaan yang dilakukan murid dimanapun dan dalam keadaan apapun. Karena merupakan perintah agama yang harus dijalankan dengan sebaik mungkin dan penuh dengan kekhusyuan.

Ø  Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran? Apakah anda merasa nyaman?

Dalam Hal ini saya tentu dan sangan merasa Nyaman, Karena pembiasaan dan keputusan yang kami lakukan bukan hanya membentuk penanaman karakter murid disekolah, namun dapat kiranya menjadi contoh dan pembiasaan yang juga dilakukan oleh murid lain di luar sekolah kami.

Ø  Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda  dalam situasi ini?

Karenena ini merupakan Praktik baik, saya merasa bahwa Panutan/Idola saya akan melakukan dan akan mengambil keputusan yang sama, bahkan jauh lebih baik lagi dari apa yang sudah saya putuskan sebagai pemimpin pembelajaran.

5.     Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

Sesuai dengan Masalah dan kasus yang sedang hadapi maka Paradigma Dilema Etika yang saya hadapi adalah Jangka Pendek lawan Jangka Panjang (short term vs long term). Dimaksudkan bahwa, praktik ini bukan hanya dilakukan pada saat terjadinya situasi dan masalah ini muncul, namun paradigma ini diambil sebagai proses jangka panjang untuk terus menerus dilakukan penyelesaian dan juga menjadi pengamalan baik dilakukan di sekolah maupun dirumah serta lingkungan mereka tinggal, dilakukan dengan penuh kesadara, keikhlasan dan selalu istiqomah dalam pelaksanaannya.

6.     Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?

Sesuai dengan Masalah yang sedang kami hadapi, maka prinsip yang digunakan adalah:

Ø Prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Ø Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Ø Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking),

7.     Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Untuk kasus ini, saya belum menemukan Penyelesaian kreatif lainnya dari Keputusan yang sudah saya lakukan.

8.    Melakukan Prinsip Resolusi dengan Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Ø  Melakukan Identifikasi terhadap siswa dalam praktik wudhu dan Sholat

Ø  Meminta siswa menghafal baca-bacaan sholat dan di persentasikan di hadapan guru

Ø  Mengajak siswa mempraktikkan gerakan wudhu dan sholat serta ketentuan didalamnya

Ø  Membuat gambar/video Gerakan Wudhu dan Sholat yang dilakukan murid

Ø  Melakukan pembiasaan praktik wudhu dan Sholat berjamaah baik Duha maupun Zuhur di sekolah.

9.    Investigasi Opsi Trilema dengan Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran telah saya lakukan. Dengan penuh kesadaran bahwa setiap keputusan tentu memiliki resioko masing-masing, namun dengan penuh keyakinan bahwa keputusan yang sudah saya lakukan merupakan keputusan terbaik bagi saya, Murid dan Lingkungan Sekolah dan pembelajaran. Namun, keputusan ini tidak bersifat mutlak artinya apabila dikemudian hari terdapat keputusan yang belih baik, yang lebih efektif dalam penanaman budaya dan karakter positif untuk murid disekolah dan lingkungan, maka tidak menutup kemungkinan keputusan tersebut akan dilakukan penyempurnaan, selama tidak bertentangan nilai-nilai Religius dan nilai-nilai kebajikan Universal.

 

Perasaan (feelings)

Dalam menjalankan Aksi Nyata modul 3.1.a.10 ini, bukan hanya sebagai pemenuhan Tugas Modul 3.1, melainkan betul-betul sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan. Oleh karena itu, perasaan saya dalam menjalankan kegiatan ini yang pertama Senang dan lega karena sudah banyak belajar dalam Modul ini dan dapat menerapkannya meski tentunya belum dengan baik dan sempurna. Selain itu, saya dapat mempraktikan dan mengetahui tentang Pengambilan keputusan yang efektif dan efesien serta dilakukan dengan berbagai proses matang dengan harapan keputusan yang diambil dapat bermanfaat utuk guru, murid dan lingkungan serta sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggung jawabkan. Yang ke dua saya belajar lebih peka terhadap situasi dan kondisi disekolah, lebih belajar mengelola emosi ketika dihadapkan pada suatu dilema. Disisi lain saya merasakan kehawatiran dan sedih karena masih menemukan siswa yang belum baik dalam melaksanakan praktik ibadah wudhu dan Shalat terlebih berkaitan dengan bacaan-bacaan Sholat.

 

Pembelajaran (Findings)

Pembelajaran yang saya dapatkan dalam Aksi Nyata ini adalah saya dapat melakukan praktik secara langsung dari materi-materi yang telah saya dapatkan terlebih penerapan analisis dan tahapan pengambilan keputusan dengan 4 (empat) paradigma dilema Etika, 3 (tiga) prinsip dilema etika dan 9 (sembilan) konsep pengambilan dan Uji Keputusan. Dengan demikian, keputusan yang sudah diambil merupakan keputusan terbaik karena telah melalui tahapan-tahapan dan didiskusikan bersama pimpinan dan rekan sejawat berkaitan pengambilan keputusan  sebagai pemimpin pembelajaran.  Selain itu, saya juga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dalam praktiknya pada ibadah Wudhu dan Sholat, tentunya denga beberapa keputusan yang sudah saya lakukan sebagaimana dalam paparan diatas.

 

Penerapan Kedepan (Future)

Agar pengetahuan yang sudah dipelajari terus menjadi Ilmu yang bermanfaat, tentu sesuai dengan Pepatah Arab mengatakan ”Al-Ilmu bila ‘Amalin Kas-Shajarin Bila Tsamarin”. Artinya: Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah. Berkaitan dengan ini, tentuk saya akan menerapkannya dikemudian hari dan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Dalam penerapan aksinyata kali ini, baik keputusan yang telah saya lakukan maupun analisis masalah yang belum seuai dengan banyak keingin beberapa pihak, tentuk saya merasa perlu mempelajari lebih dalam dan melakukan perbaikan-perbaikan lagi dalam pengambilan keputusan, agar semangkin matang, lebih terampil dan lebih kreatif dan sesuai dengan nilai kebajikan dan budaya positif disekolah serta keputusan pembelajaran yang dapat dipertanggung jawabkan. Dan pengambilan keputusan selanjutnya akan saya lakukan dengan lebih cermat agar tidak ada yang dirugikan. Dan dalam penerapannya tentu sulut uuntuk menentukan waktu, karena setiap masalah dapat terjadi kapan saja, dan berharap bahwa tidak ada masalah dan semua berjalan baik dan pembelajaran dilakukan dengan penuh makna sesuai dengan qudrat murid, budaya sekolah dan lingkungan.


Dokumentasi Foto/ Video 




Produk Praktik wudhu siswa
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

Praktik Kelompok "A"
 Sholat Berjama'ah












Bimbingan Gerakan dan Bacaan Sholat
Berdasarkan Kelompok








Dokumentasi Tugas Individu Siswa 
Tentang Gerakan Sholat





 

Senin, 25 April 2022

Tugas. 3.1.a.9 Koneksi Antarmateri- Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


TUGAS: 3.1.A.9. KONEKSI ANTARMATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

OLEH NURWAHID

CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN MELAWI

PROVINSI KALIMANTAN BARAT.

 

 

 “Mengajarkan anak menghitung itu baik,

namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(
Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

1.    Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan Guru, Murid, Kurikulum dan tempat (Gedung dan Kelas). Dimana disanalah akan adanya nilai-nilai penanaman pengetahuan, pembentukan karakter dan pengalaman serta  proses belajar mengajar yang akan menjadi makna dalam kehidupan bagi murid, guru dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pemikiran Pendidikan Nasional  Indonesia tidak bisa kita lepaskan dari konsep pemikir-pemikir terdahulu. Sejarah pendidikan Indonesia telah mencatat bahwa pendidikan indonesia ini tidak bisa kita pisahkan dari peran dan Tokoh utama dalam Visinya mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu Ki Hajar Dewantara.

Masih lekat hingga hari ini, Topi murid-murid SD bahkan hingga SMA memiliki Logo yang bertuliskan Tutwuri Handayani. Semasa kecil bahkan hingga SMA banyak dari kita saat itu tidak menanyakan apa makna maksud dari logo dan semboyan tersebut kepada guru-guru kita. Atau bahkan hari ini, para pendidik belum bisa dan menemukan makna konkrit dari semboyan tersebut. Dan ini juga yang dimungkinkan salah satu faktor mengapa kita kerap salah dalam melakukan praktik baik dalam belajar dan pembelajaran.

Sebagai Pejuang pendidikan, Ki Hajar Dewantara kerap memberikan dan mencurahkan pemikiran-pemikirannya terntang pendidikan yang semuanya untuk dan berpusan kepada murid. Seperti kita ketahui bahwa, yang paling berpengaruh dalam pendidikan kita di Indonesia  adalah pandangan Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa dengan filosofi Patrap Triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi panutan di dunia pendidikan Indonesia yaitu Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi dan semangat), Tut wuri handayani (di belakang memberikan dukungan). Patrap Triloka ini juga dapat menjadi asas bagi guru dalam perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran, yang keumudian  Bagaimana semboyan-semboyan ini berpengaruh terhadap peran, kretivitas dan keterampilan guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?”

Ing ngarso sung tuladha mengajarkan bagi seorang pendidik bagaimana setiap kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus mampu memberikan keteladanan bagai murid dan lingkungan. Tidak hanya itu, pengambilan keputusan yang memberikan keteladan juga  sebagai nilai-nilai kebajikan yang harus tertanam bagi guru dalam hidup dan kehidupannya sehingga murid pun dapat merasakan setiap apa yang dia dapatkan selama prose belajar berlangsung. Ing madya mangun karsa. Semboyan ini memberikan kekuatan bagi guru bahwa pengambilan keputusa sebagai pemimpin pembelajaran yang dilakukan oleh guru, harus dapat menjadi Asupan pembangkit motivasi dan Semangat bagi muridnya dan guru-guru atau rekan sejawad agar tetap terus semangat guna menggali potensi baik dan berusaha terus menjadi yang terbaik. Dengan semboyan Tut wuri handayani  ini, bagai mana pengambilan keputusanyang dilakukan oleh seorang guru harus betul-betul memberikan dorongan bagi individu untuk mengeluarkan segenap Potensinya.

2.    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak, sebagai guru tentu kita mempunyai nilai-nilai kebajikan universal yang melekat dan tertanam dalam diri dan jiwa. Selain itu, dalam literasi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, setidak nya ada 3 prinsip dalam pengambilan suatu keputusan, dan Ketiga prinsip tersebut adalah: Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Dari ketiga prinsip tersebut, maka  Setiap yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya sedikit banyak akan berkaitan dengan nilai-nilai yang sudah tertanam dan terpatri erat dalam diri kita. Setiap Prinsip yang kita diambil, akan cenderung mengikuti nilai-nilai apa yang ada dalam diri individu/seseorang. Sebagai contoh, Seseorang guru yang tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik mampu menguasai Egonya (tidak egois), reflektif, kolaboratif  dan memiliki jiwa sosial yang tinggi, akan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Sedangkan seseorang guru yang memiliki nilai diri mandiri, jujur, disiplin dan memiliki komitmen yang kuat untuk taat pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Selanjutnya seseorang guru yang memiliki nilai empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan rasa kepedulian cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Namun tentunya yang terbaik adalah bagaimana seorang guru mampu mengkolaborasikan antra prinsip pengambilan keputusan dan nilai-nilai dalam diri dengan menyesuaikan masalah yang sedang dihadapi, sehingga keputusan yang diambil akan cenderung lebih Efektif, terukur dan dapat dipertanggung jawabkan.

3.    Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Materi-materi dan bimbingan yang diberikan Pengajar praktik dan Fasilitator telah membantu saya dalam melakukan pemahaman, melatih saya dan mengevaluasi  dalam praktik pengambilan keputusan. Apakah keputusan yang saya ambil sudah sisuai dan berpihak pada murid. Mungkin setiap orang mempunyai persepsi yang sama, bahwa hal yang paling sulit dalam pembelajaran salah satunya adalah melakukan Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang berdampak Positif dan sesuai dengan Nilai-nilai kebajikan religius, Lingkungan, murid dan rekan sejawat.  Atau bahkan keputusan yang kita ambil cenderung salah dan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, Prosesi Coaching membantu kita dan dengan proses Coaching juga memilikin peran penting yang tidak hanya membantu Koachee mengurai dan menyelesaikan masalah, namun juga dengan Informasi yang diberikan dan di sampaikan Coachee dapat membantu Coach dalam peranannya pengambilan keputusan yang efektif, terencanya, terukur dan berdampak.  Selain itu, proses coaching juga memberikan kemudahan kepada Guru yang berperan sebagai coach untuk menggali informasi dan meberikan pertanyaan-pertanyaa outentik yang mengarah kepada identifikasi dan sarana untuk pemenuhan 4 paradigama dilema Etika , 3 prinsip dan 9 (sembilah) bahan konsep pengambilan dan uji keputusan pada pengambilan keputusan Sebagai pemimpin pembelajaran.

4.    Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai pemimpin pembelajaran kita terkadang salah dalam melakukan pengambilan keputusan, atau bahkan ragu dengan hasil yang telah kita putuskan, terkadang pula keputusan itu tidak sesuai dengan Nilai-nilai kebajikan lingkungan atau muncul pertanyaan-pertanyan dan lahirnya opsi lain dalam penyelesaiannya. Untuk itu, Usaha Sadar dalam pengambilan keputusan yang dibutuhkan dan benar-benar harus dengan emosional yang stabil. Kita sering dituntut untuk cepat dan tanggap dalam pengambilan keputusan, dan dari sini pula kita harus dan jangan sampai merugikan dan tidak berpihak pada murid. Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dengan segala kompetensi  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial  (relationship skills) yang dilakuakn oleh guru tentu akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materiil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-muridnya.

5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika saya dihadapakan pada suatu kasus, utamanya masalah dilema Etika ataupun bujukan Moral, maka saya harus terampil dalam menyelesaianya. Dan hal utama yang harus saya lakukan adalah dengan melakukan analissi dan menentukan bentuk dilema yang terjadi. Jika yang dihapkan pada dilema Etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.

Sebagai seorang pendidik yang telah memiliki dan tertanam nilai-nilai guru penggerak yaitu Mandiri, inovatif, kolaboratif, reflektif dan berpihak pada murid, serta nilai-nilai luhur lainnya yang telah tertanam dalam jiwa seorang guru dan CGP, maka sudah sepatutnya dan menjadi keharusan bahwa Mengahadapi Kasus dan masalah, mengkaji dan menganalisisnya serta melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran juga harus berpihak pada murid, terukur dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Selain itu, keputusan yang ditetapkan juga dapat dipertanggung jawabkan.

6.    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang tepat adalah manakala dilakukan dengan Tahapan demi tahapan, melalui pengkajian, identifikasi dan dilakukannya analisis yang jelas dan tepat. Sesuai dengan Literasi yang sudah kita dapatkan, maka perlu kita memeperhatikan dan mempertimbangkan 4 (empat) paradigma dilema Etika, paradigma Dilema Etika apa yang sedang kita hadapi. Apakah dilema Etika Individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan atau jangka panjang lawan jangka pendek. Selain itu, Apakah keputusan yang kita ambil sudah sesuai dengan Prinsip Dilema Etika, apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:

a.         Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

b.        Menentukan siapa saja yang terlibat

c.         Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

d.        Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

e.        Pengujian paradigma benar lawan benar

f.          Prinsip Pengambilan Keputusan

g.         Investigasi Opsi Trilemma

h.        Buat Keputusan

i.           Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.

7.    Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam pengambilan keputusan sebagai guru dan CGP adalah ketika menentukan dan melakukan Identifikasi terhadap Dilema. Apakah itu dilema Etika atau Bujukan Moral. Selalin itu setidaknya adala beberapa kesulitan lain yang dialami, yaitu:

a.    Nilai dan budaya yang masih kental dimasyarakat, yang terkadang terasa kabur jika dibandingkan dengan nilai-nilai kebajikan lainnya.

b.    Paradigma berfikir disebabkan kurang dinamisnya dalam menerima informasi dan perubahan hal-hal yang baru yang lebih efektif dan efesien.

c.     Akurasi informasi yang diperoleh tidak akurat, sehingga sulitnya dalam melakukan identifikasi masalah.

8.    Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang guru tentu memiliki korelasi yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Artinya bahwa kita sebagai guru bukan hanya bisa memberikan dan mentrasnfer pengetahuan saja, namun jauh dari itu, guru hari ini harus mampu juga menjadi teladan, motivator sekaligus sebagai pendorong Murid dan teman sejawat. Karena pada konteks pembelajaran, maka keputusan yang dilakukan harus sesuai dan keputusan  yang berpihak pada peserta didik. Oleh Karena itu, setiap  keputusan yang  oleh guru dan CGPmerupakan sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi serta budaya yang dimilikinya. Guru hendaknyan dapat memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

9.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai pemimpin pembelajaran, tentu dalam pengambilan keputusan banyak pertimbangan yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah memperhatikan kebutuhan peserta didik. Setiap keputusan pembelajaran yang kita lakukan harus dapat mempengaruhi sendi-sendi Bagi kehidupan masa depan murid. Bagaiman murid dapat mengali setiap Potensinya dari cara pembelajaran yang dilakaukan oleh guru, keputusan yang diambil juga harus dapat menuntun murid dalam tumbuh kembangnya, lakunya dan cara berfikir murid hingga mereka dapat memaknai dari setiap pengajaran yang dilakukan guru dan menjadi sebuah Nilai dan budaya baik  yang tertanam dalam diri dan jiwanya untuk tumbuh dan hidup sesuai dengan Kudrat dan zamannya serta budaya tempat tinggalnya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pada rangkaian Jurnal yang saya tuliskan pada kali ini yang berkaitan dengan modu 3.1.a.9 Koneksi antar materi, maka ada beberapa catatan penting sebagai bentuk kesimpulan Akhir Modul 3.1. Kita sebagai Guru yang akan menerapkan praktik baik tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dimana dalam pelaksanaannya secara langsung kita akan memerankan filosofi Pratap Triloka sebagaimana yang disampaikan Oleh Ki Hajar Dewantara. Guru akan menjadi teladan, guru akan menjadi Motivator dan penyemangat bagi murid dan rekan sejawat, dan guru juga akan menjadi pendorong yang diwujudkan dengan menjadi pemimpin dalam nenuntun laku atau budi pekrti murid dan penanaman Budaya Positif untuk murid, lingkungan dan warga belajar dan pembelajaran yang ada di sekolah.

Menjalankan praktik baik dari Filosofi Ki Hajar Dewantara tentu tidaklah mudah, terlebih dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid. Untuk itu,  guru dan CGP yang akan menjadi agen perubahan harus menyusun dan mempuyai Visi yang jelas. Dan untuk mewujudkannya, perlu melakakukan tahapan perubahan dengan manajemen, metode dan teknik BANGJA. Selain itu, dengan Kemampuan guru dalam mengelola Sosial Emosional yang matang,  dengan keterampilan dan cara pembelajaran yang dilakukan guru, maka sedah sepatutnya guru harus mengintegrasikan pembelajaran dengan Berdiferensiasi guna pembelajaran yang mengedepankan kebutuhan murid. Dengan ini pula, selain melakukan pembelajaran didalam kelas dan diluar kelas, guru juga harus berperan sebagai coach dengan penerapan model TIRTA dalam mengoptimalkan, menggali potensi murid dan membantu murid dalam permasalahan dalam pembelajaran yang tepat dan terarah untuk mewujudkan merdeka belajar dan memiliki Murid dengan Profil Pelajar pancasila dan nilai-nilai yang terkandung dalam Filosofi Ki hajar Dewantara.

 



Tugas 3.3.a.10 Aksi Nyata- Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

  Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid Oleh. Nurwahid CGP Angkatan 4 Kabupaten Melawi Provinsi Kalimanta...