Senin, 24 Januari 2022

Hadits Tarbawi Keikhlasan, mencari ridha Allah, dan Upah (gaji)

 

KATA PENGANTAR

 

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan literasi yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.

 

Melawi,    Januari 2022

Penyusun

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I   PENDAHULUAN   ................................................................................ 1

  A.      Latar Belakang..........................................................................        1           

  B.     Rumusan Permasalahan .................................................................... 2

  C.     Tujuan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN MATERI..................................................................... 3

               A.     Mencari Ridha Allah........................................................................ 3

                        1. Dalil Mencari Ridha Allah........................................................... 3

                        2. Tingkatan Ridha ......................................................................... 4

                        3. Macam-macam sikap Ridha ........................................................ 4

               B.     Keutamaan Mencari Ilamu............................................................... 6

                        1. Dalil Keutamaan mencari Ilmu.................................................... 6

                        2. Dalil terkait keutamaan dalam mencari Ilmu............................... 7

               C.     Hadits Tentang Pemberian Upah..................................................... 9                        1. Dalil Tentang Upah            9

                        2. Hadits berkenaan dengan Upah mengajarkan Agama.......... .... 10           

BAB III Penutup.................................................................................................. 11

               A.     Kesimpulan.................................................................................... 11

               B.     Saran.............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA………………………................................................ .... 14


 

                   

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar belakang

Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Apakah dikenal seperti itu lantas nasib guru diabaikan? Terkadang kita perlu berpikir tentang perjuangan mereka yang selama ini mengajar dan mencerdaskan kita. Dedikasi guru sungguh luar biasa bagi masyarakat. Apakah dengan dedikasi yang seperti itu, lantas seorang guru diberi apresiasi atau gaji yang sesuai?

Berkaitan dengan Apresiasi Bagi Guru, banyak Guru-guru dan Pendidik Tenaga Pendidikan yang berstatus Guru Sebagai tenaga Honorer yang menerima Apresiasi berupa Gaji (UPAH) yang jauh dari kata Layak, jika dibandingkan dengan Kemuliaan hati mereka dalam Jihad fisabilillah menebar Ayat-ayat Allah, mengurai makna Ballighu Anni Walau Ayah (sampaikan walaupun satu ayat), dan membantu Pemerintah dan Negara dalam Mencerdaskan kehidupan Bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk itu, mengingat peran dan tugasnya yang begitu kompleks perlu kiranya Guru baik itu yang berstatus ASN, terlebih Guru-guru Honorer mendapatkan Apresiasi yang layak sebagai imbalan keikhlasan mereka dalam menjalankan perannya sebagai Pendidik dan tenaga pendidikan baik itu di lembaga formal maupun Non Formal.

Disisi lain, kita dituntut untuk melakukan pengajaran dan pembelajaran yang semua harus diiringi dengan keikhlasan dan semaya hanya mengharap Ridho dari Allah SWT. Namun Seiring berjalannya waktu pengertian dan pemahaman orang tentang Ridho itu sangat beraneka ragam, ada juga yang bahkan tidak tahu makna dari ridho itu sendiri apa, dan ada pula yang tau makna ridho yang sebenarnya tapi tidak mengamalkannya dalam kehidupan.      

Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh manusia. Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih berganti menyertai hidup kita. Harta berlimpah,makanan berlebih namun ketika tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup,merasa bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat namun tanpa disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari.

Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan beberapa Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Keiklasan kita dalam mencari Ridho Allah dalam hal keiklasan dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya.

 

B.    Rumusan masalah

1.   Bagaimanah bunyi hadis tentang mencari ridho allah?

2.   Bagaimanah bunyi hadis tentang mencari ilmu?

3.   Bagaimanah bunyi hadis tentang pemberian gaji/upah?

               

C.    Tujuan

1.   Menjelaskan hadis tentang mencari ridho allah

2.   Menjelaskan bunyi hadis tentang mencari ilmu

3.   Menjelaskan bunyi hadis tentang pemberian gaji/upah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

MENCARI RIDHA ALLAH DALAM MENCARI ILMU DAN GAJI (UPAH)

 

A.    Mencari Ridha Allah

1.      Dalil Tentang Mencari Ridha Allah

قَالَ اللهُ : مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ بِنِعْمَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ بِبَلاَئِيْ فَلْيَخْرُجْ تَحْتَ سَمَائِيْ

 وَلْيَطْلُبْ رَبًّا سِوَائِيْ ) حديث قدسي(

 

Mufrodat

 

مَنْ

لَمْ يَرْضَى

وَلَمْ يَشْكُر

بِنِعْمَائِيْ

وَلَمْ يَصْبِر

Barang siapa

tidak ridha

Dan tidak syukur

Dengan ni’matku

Dan tidak sabar

بِبَلاَئِيْ

فَلْيَخْرُجْ

حْتَ سَمَائِيْ

وَلْيَطْلُبْ

رَبًّا

Dengan cobaanku

Maka akan keluar

Di bawah langit

Dan carilah

Tuhan (allah)

 

Artinya: Allah berfirman kepada rasul SAW: Barang siapa yang tidak ridha atas segala hukum perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah Tuhan lain selain diri-Ku (Allah)”.

2.      Tingkatan Ridho

Mengutuip tulisan yang disusun oleh  mynameallzero.blogspot.com (2022) dalam tulisannya menyebutkan bahwa ada tingkatan Ridho yang searusnya dimiliki manusia sebagai makhluk Allah, diantaranya:

a.    Ridha al-muhsinîn: Relanya seseorang kepada hukum Allah, tetapi tingkat ini belum mencapai tingkat rela kepada   kesulitan dan penderitaan.

b.    Ridha al-Syuhadai: Kecintaannya kepada Allah tanpa mengharapkan balasan, menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap segala sesuatu yang menimpanya.

c.    Ridhâ al-shiddiqina: Keasyikannya setiap saat menyatu bersama Allah, dan terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya, sehingga merasakan kenikmatan bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah urusan al-zauq (perasaan) karena syauq (rindunya) kepada Allah.

d.    Ridha al-muqarrabîn: Relanya orang-orang yang sudah kembali dari al-Haq kepada al-Khâliq (Allah Swt.)

 

3.      Macam-Macam Sikap Ridha

a.         Rida kepada Allah Swt.

Rida kepada Allah Swt. berarti menerima dg sepenuh hati bahwa Allah Swt. adalah tuhan sekalian alam yg harus kita sembah dan tidak menyekutukan-Nya.

{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}

“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS al-Hujuraat:7).

b.      Rida kepada agama Allah Swt.

Rida terhadap agama Allah Swt. berarti menerima dg sepenuh hati agama Allah Swt. yg berisi aturan-aturan yg harus kita laksanakan dengan sepenuh hati dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan dengan penuh keikhlasan.Sikap ikhlas berhubungan dg niat seseorang ketika mengerjakan suatu, pekerjaan. Ikhlas atau tidaknya seseorang berniat melakukan sesuatu pekerjaan sangat ditentukan oleh niatnya. Apabila seseorang berniat melakukan sesuatu karena Allah Swt. dan mengharapkan rida-Nya, maka hatinya berarti ikhlas. Sebaliknya apabila niatnya bukan karena Allah dg mengharap pujian, sanjungan dan imbalan Berarti hatinya tidak ikhlas.

c.       Ridha terhadap perintah dan larangan Allah

Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam.

Ayat Al -Qur'an tentang Ridho dalam beribadah

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(Q.S.Hud :6)

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ

تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (273)

 

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.(Q.S.Al-Baqarah : 273)

d.      Ridha terhadap taqdir Allah.

Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.

e.       Ridha terhadap perintah orang tua.

Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)

Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.

f.       Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara

Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ

 وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)

Dalil Al-Quran :

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ

Artinya :
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). 

 

B.     Keutamaan Mencari Ilmu

1.      Dalil

حَدَّ ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الأعْمَشِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

[مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنّةِ[

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R. Muslim.no 2699) Imam Nawawi. (1999: hal 317)

 

حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:

قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ

الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)

 

 

 

 

Mufrodat hadist tentang menuntut ilmu

وَوَاضِعُ اْلعِلمِ

عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

فَرِيْضَةٌ

اْلِعلْمِ

طَلَبُ

Dan meletakan ilmu

Kepada setiap orang muslim

Wajib

Ilmu

Mencari

وَالذَّهَبَ

الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ

اْلَخفَازِيْرِ

كَمُقَلِّهِ

عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ

emas

beberapa permata

babi

seperti orang yang mengalungi

kepada orang yang bukan ahlinya

 

Terjemah Hadits

Artinya :“Rosulullah Saw,  telah bersabda : menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)

2.      Dalil Terkait Tentang Kewajiban/keutamaan dalam mencari Ilmu

Berbicara tentang Keutamaan-keutamaan/kewajiban dalam menuntuu Ilmu, banyak dalil dari Al-qur’an ataupun Hadits yang menggambarkan betapa pentingnya hal tersebut. (dsaymsudin.wordpress.com)

Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan Sunnah:

a.    Ditinggikan derajatnya oleh Allah

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

Artinya:  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.

b.    Seutama-utama orang yang beriman

أَفْضَلُ النَّاسِ الْمُؤْمِنُ الْعَالِمُ إِنِ احْتِيْجَ إِلَيْهِ نَفَعَ وَإِنِ سْتُغْنِيَ عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ (رواه البيهقي(

Artinya:  “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi) 

c.    Sebagai amal yang tak putus 

إِذَا مَاتَ ابْنُ اَدَمَ إِنْقَطَعَ عَمَلَهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ, أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ,أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْا لَهُ (رواه مسلم(

Artinya:“Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

 

 

3.      Uraian Hadits

Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi menjalankan perintah rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat muslim dan dihadapak allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat. Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan nabi yg diberikan allah kepadanya. Begitu tingginya derajat orang yang berilmu disisi allah dan manfaatnya ataupun pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat.

Mengutip pendapat dari Dawam Rahardjo.(1996:530) “sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga allah, allah pun juga akan juga akan mempermudah baginya masuk surga”.

Selain itu, tertuang dalam kitab syarah Fathul bari Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, (2002. jilid 5:hal 345). Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan nabi yang diberikan allah kepadanya”.

Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum allah dapat diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena  salah satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat.

Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. Selain allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. “seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya”.

Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. “allah tidak pernah memerintahkan kepada nabi-nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf”.

 

C.     Hadis tentang pemberian upah

1.      Dalil

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَعْطُوا اَلْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ ) رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَه

 

Mufrodat tentang pemberian upah

عَرَقُهُ

قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ

أَجْرَهُ

اَلْأَجِيرَ

أَعْطُوا

keringgatnya

Sebelum menggering

Upahnya

Pekerja

Berikanlah

Artinya: Dari Ibnu Umar RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya." (HR Ibnu Majah)

Agama adalah  suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikutinya guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan akherat. Yang dimaksud agama di sini adalah agama Islam, yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits serta ilmu yang berkaitan dengan keagamaan. Jadi mengajar ilmu agama adalah mengajarkan al-Quran atau hadits Nabi atau Ilmu yang berhubungan dengan Islam, seperti Tauhid, Fiqih, Akhlak dan lain-lain. Mengajarkan ilmu agama berarti menyampaikan kepada orang lain tentang kebenaran seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. dan pengikutnya. Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi serta implementasinya dalam masyarakat dan termasuk didalamnya adalah amar ma’ruf nahi munkar (memerintah yang baik dan mencegah kemunkaran)

2.    Hadis Yang berkenaan dengan Upah mengajarkan Agama

Mengutup Isi makalah yang ditulis oleh http://ibnualihsani.blogspot.com (2017) menyebutkan bahwa:

a.       Hadits ( Tentang Larangan Menerima Upah Mengajarkan Agama )

قَالَ أُبَيْ بْنِ كَعَبْ ׃  عَلِمْتُ رَجُلاً الْقُرْﺁنَ فَأُهْدِيَ لِىْ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِي  ﺻﻠﻰ ﺍﷲ  ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ  فَقَالَ  ׃

 إِنْ أَخَذْتَهَا أَحَذْتَ قَوْسًا مِنَ النَّارِ فَرَدَدْتُهَا ( راوه إبن ماجه و أبو دوود )

Artinya Matan Hadits : “ Telah berkata Ubay bin Ka’ab : Saya telah mengajar seorang laki-laki akan Qur’an, lalu dihadiahkan kepada saya satu panah, lantas saya khabarkan yang demikian kepada Rasulullah saw. Maka sabdanya : “Jika engkau ambil dia, berarti engkau ambil satu panah dari api”. Lalu saya kembalikan dia. (HR.Ibnu Majah, Abu Daud).

b.      Hadits ( Hadits yang membolehkan Mengambil Upah dalam Mengajar )

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ حَقًّا كِتَابُ اَللَّهِ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ

Terjemahan hadits : Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hal yang paling patut kamu ambil upahnya ialah Kitabullah." Dikeluarkan oleh Bukhari.

 

            Upah mengajar ilmu agama terpulang  kembali dengan niat masing-masing, jika berniat ikhlas mencari ridho Allah SWT. Maka Allah yang akan memberikan upahnya sendiri yaitu pahala di akhir nanti, seperti yang telah banyak dijanjikan Allah SWT. Apabila ada pemberian dari yang diajari maka anggaplah itu sebagai pemberian kebahagiaan (Bisyaroh) atau sebagai hibah atau hadiah.

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

1.      Mencari Ridha Allah

قَالَ اللهُ : مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ بِنِعْمَائِيْ وَلَمْ يَصْبِرْ بِبَلاَئِيْ فَلْيَخْرُجْ تَحْتَ سَمَائِيْ وَلْيَطْلُبْ

 رَبًّا سِوَائِيْ ) حديث قدسي(

Artinya: Allah berfirman kepada rasul SAW: Barang siapa yang tidak ridha atas segala hukum perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah Tuhan lain selain diri-Ku (Allah)”.

a.       Tingkatan Ridho

1)   Ridha al-muhsinin

2)   Ridha al-Syuhadai

3)   Ridha al-shiddiqina

4)   Ridha al-muqarrabin

b.      Macam-Macam Sikap Ridha

1)      Rida kepada Allah Swt.

2)      Rida kepada agama Allah Swt.

3)      Ridha terhadap perintah dan larangan Allah

4)      Ridha terhadap taqdir Allah.

5)      Ridha terhadap perintah orang tua.

6)      Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara

 

2.      Keutamaan Mencari Ilmu

حَدَّ ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الأعْمَشِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

[مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنّةِ[

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R. Muslim.no 2699) Imam Nawawi. (1999: hal 317)

حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:

قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ

الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)

Artinya :“Rosulullah Saw,  telah bersabda : menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)

Adapun beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan Sunnah:

a.       Ditinggikan derajatnya oleh Allah

b.      Seutama-utama orang yang beriman

c.       Sebagai amal yang tak putus 

Menuntut ilmu, adalah sesuatu yang diwajibkan bagi setiap Muslim, baik itu menuntut ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. kedudukan ilmu dalam kehidupan sangat pentingnya. Terutama ilmu agama yaitu agama Islam yang telah disempurkan oleh Alah SWT.

 

3.      Hadis tentang pemberian upah

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( أَعْطُوا اَلْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ ) رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَه

Artinya: Dari Ibnu Umar RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya." (HR Ibnu Majah)

a.       Hadits ( Tentang Larangan Menerima Upah Mengajarkan Agama )

قَالَ أُبَيْ بْنِ كَعَبْ ׃  عَلِمْتُ رَجُلاً الْقُرْﺁنَ فَأُهْدِيَ لِىْ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِي  ﺻﻠﻰ ﺍﷲ  ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ  فَقَالَ  ׃

 إِنْ أَخَذْتَهَا أَحَذْتَ قَوْسًا مِنَ النَّارِ فَرَدَدْتُهَا ( راوه إبن ماجه و أبو دوود )

Artinya Matan Hadits : “ Telah berkata Ubay bin Ka’ab : Saya telah mengajar seorang laki-laki akan Qur’an, lalu dihadiahkan kepada saya satu panah, lantas saya khabarkan yang demikian kepada Rasulullah saw. Maka sabdanya : “Jika engkau ambil dia, berarti engkau ambil satu panah dari api”. Lalu saya kembalikan dia. (HR.Ibnu Majah, Abu Daud).

b.      Hadits ( Hadits yang membolehkan Mengambil Upah dalam Mengajar )

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ حَقًّا كِتَابُ اَللَّهِ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ

Terjemahan hadits : Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hal yang paling patut kamu ambil upahnya ialah Kitabullah." Dikeluarkan oleh Bukhari.

Upah mengajar ilmu agama terpulang  kembali dengan niat masing-masing, jika berniat ikhlas mencari ridho Allah SWT. Maka Allah yang akan memberikan upahnya sendiri yaitu pahala di akhir nanti, seperti yang telah banyak dijanjikan Allah SWT. Apabila ada pemberian dari yang diajari maka anggaplah itu sebagai pemberian kebahagiaan (Bisyaroh) atau sebagai hibah atau hadiah.

 

B.     SARAN

Sebagai Penyusun makalah ini, dengan Materi yang sangat menarik dan penyusun merasa masuh banyaknya kekurangan khususnya dalam hal Literasi dan kajian teori tentang Keikhlasan, Honor dan Gaji dalam pendidikan. Dan penulis sekaligus penyusun Makalah ini menyadari betul bahwa tulisan ini masih perlu banyak sumbangsih saran dan masukan yang mendukung dalam penyempurnaan Makalah ini.

semoga Allah SWT dapat memberikan kekuatan untuk Penysusun dan pembaca guna memberikan Kritik yang membangun dan dapat memberikan tambahan Literasi guna tulisan ini dapat diterima dan menjadi Tambahan Ilmu bagi pembaca. AMIN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Qur’an dan terjemahan. 2017. Kementrian Agama Republik Indonesia.

 

Dawam Rahardjo. 1996.  Ensiklopedi Al-qur’an. Jakarta : Paramida


http://mynameallzero.blogspot.com/2016/12/makalahakidah-akhlaq.html (diakses 19 Januari 2022)

 

https://dsyamsudin.wordpress.com/2014/07/01/makalah-hadit-menunutut-ilmu/#_ftn3 (diakses 19 Januari 2022)

 

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5866155/10-hadits-menuntut-ilmu-untuk-memudahkan-jalan-ke-surga. (diakses 15 Januari 2022)

 

Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh. 2002.  Fathul Baari syarah jilid 5 (jakarta : pustaka Azzam.

 

Imam Nawawi, Terjemah RIyadhus Sholihin,ter. Achmad Sunarto (Jakarta: Pustaka Amani, 1999)

 

 

Tugas 3.3.a.10 Aksi Nyata- Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

  Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid Oleh. Nurwahid CGP Angkatan 4 Kabupaten Melawi Provinsi Kalimanta...