KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga
kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun
ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan literasi yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Melawi, Januari 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan .................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN MATERI..................................................................... 3
A. Mencari Ridha Allah........................................................................ 3
1.
Dalil Mencari Ridha Allah........................................................... 3
2.
Tingkatan Ridha ......................................................................... 4
3. Macam-macam sikap Ridha ........................................................ 4
B. Keutamaan Mencari Ilamu............................................................... 6
1. Dalil
Keutamaan mencari Ilmu.................................................... 6
2.
Dalil terkait keutamaan dalam mencari Ilmu............................... 7
C. Hadits Tentang Pemberian Upah..................................................... 9 1. Dalil Tentang Upah
9
2.
Hadits berkenaan
dengan Upah mengajarkan Agama.......... .... 10
BAB III Penutup.................................................................................................. 11
A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA………………………................................................ .... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Guru dikenal
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Apakah dikenal seperti itu lantas
nasib guru diabaikan? Terkadang kita perlu berpikir tentang
perjuangan mereka yang selama ini mengajar dan mencerdaskan kita. Dedikasi guru
sungguh luar biasa bagi masyarakat. Apakah dengan dedikasi yang seperti itu,
lantas seorang guru diberi apresiasi atau gaji yang sesuai?
Berkaitan dengan
Apresiasi Bagi Guru, banyak Guru-guru dan Pendidik Tenaga Pendidikan yang
berstatus Guru Sebagai tenaga Honorer yang menerima Apresiasi berupa Gaji
(UPAH) yang jauh dari kata Layak, jika dibandingkan dengan Kemuliaan hati
mereka dalam Jihad fisabilillah menebar Ayat-ayat Allah, mengurai makna Ballighu
Anni Walau Ayah (sampaikan walaupun satu ayat), dan membantu Pemerintah dan
Negara dalam Mencerdaskan kehidupan Bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945. Untuk itu, mengingat peran dan tugasnya yang begitu kompleks perlu
kiranya Guru baik itu yang berstatus ASN, terlebih Guru-guru Honorer
mendapatkan Apresiasi yang layak sebagai imbalan keikhlasan mereka dalam
menjalankan perannya sebagai Pendidik dan tenaga pendidikan baik itu di lembaga
formal maupun Non Formal.
Disisi lain, kita dituntut untuk
melakukan pengajaran dan pembelajaran yang semua harus diiringi dengan
keikhlasan dan semaya hanya mengharap Ridho dari Allah SWT. Namun Seiring
berjalannya waktu pengertian dan pemahaman orang tentang Ridho itu sangat
beraneka ragam, ada juga yang bahkan tidak tahu makna dari ridho itu sendiri
apa, dan ada pula yang tau makna ridho yang sebenarnya tapi tidak
mengamalkannya dalam kehidupan.
Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim
yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang pantas diperebutkan oleh
manusia. Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat merasakan
nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih
berganti menyertai hidup kita. Harta berlimpah,makanan berlebih namun ketika
tidak ada ridhoNya,semua menjadi hambar. Tidak tahu kemana tujuan hidup,merasa
bosan dengan keadaan, seolah hari berlalu begitu saja,begitu cepat namun tanpa
disertai dengan perubahan kebaikan hari demi hari.
Oleh karena itu, dalam makalah ini,
penulis akan mencoba menguraikan beberapa Ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan Keiklasan kita dalam mencari Ridho Allah dalam hal keiklasan dalam
menuntut ilmu dan mengajarkannya.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanah
bunyi hadis tentang mencari ridho allah?
2.
Bagaimanah
bunyi hadis tentang mencari ilmu?
3.
Bagaimanah
bunyi hadis tentang pemberian gaji/upah?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan
hadis tentang mencari ridho allah
2.
Menjelaskan
bunyi hadis tentang mencari ilmu
3.
Menjelaskan
bunyi hadis tentang pemberian gaji/upah
BAB II
MENCARI RIDHA
ALLAH DALAM MENCARI ILMU DAN GAJI (UPAH)
A.
Mencari
Ridha Allah
1.
Dalil
Tentang Mencari Ridha Allah
قَالَ
اللهُ : مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ بِنِعْمَائِيْ وَلَمْ
يَصْبِرْ بِبَلاَئِيْ فَلْيَخْرُجْ تَحْتَ سَمَائِيْ
وَلْيَطْلُبْ رَبًّا
سِوَائِيْ ) حديث
قدسي(
Mufrodat
|
مَنْ |
لَمْ يَرْضَى |
وَلَمْ يَشْكُر |
بِنِعْمَائِيْ |
وَلَمْ يَصْبِر |
|
Barang siapa |
tidak ridha |
Dan tidak syukur |
Dengan ni’matku |
Dan tidak sabar |
|
بِبَلاَئِيْ |
فَلْيَخْرُجْ |
حْتَ سَمَائِيْ |
وَلْيَطْلُبْ |
رَبًّا |
|
Dengan cobaanku |
Maka akan keluar |
Di bawah langit |
Dan carilah |
Tuhan (allah) |
Artinya: Allah berfirman
kepada rasul SAW: Barang siapa yang tidak ridha atas segala hukum
perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala
nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari
bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah
Tuhan lain selain diri-Ku (Allah)”.
2.
Tingkatan Ridho
Mengutuip tulisan yang disusun oleh
mynameallzero.blogspot.com (2022) dalam tulisannya menyebutkan
bahwa ada tingkatan Ridho yang searusnya dimiliki manusia sebagai makhluk
Allah, diantaranya:
a.
Ridha al-muhsinîn: Relanya seseorang kepada
hukum Allah, tetapi tingkat ini belum mencapai tingkat rela
kepada kesulitan dan penderitaan.
b.
Ridha al-Syuhadai: Kecintaannya kepada Allah
tanpa mengharapkan balasan, menyebabkan dia rela terhadap hokum dan terhadap
segala sesuatu yang menimpanya.
c.
Ridhâ al-shiddiqina: Keasyikannya setiap saat
menyatu bersama Allah, dan terus berusaha naik pada maqam-maqam selanjutnya,
sehingga merasakan kenikmatan bersama Allah apapun yang menimpanya. Ini adalah
urusan al-zauq (perasaan) karena syauq (rindunya) kepada Allah.
d.
Ridha al-muqarrabîn: Relanya orang-orang yang
sudah kembali dari al-Haq kepada al-Khâliq (Allah Swt.)
3.
Macam-Macam
Sikap Ridha
a.
Rida
kepada Allah Swt.
Rida kepada Allah Swt. berarti
menerima dg sepenuh hati bahwa Allah Swt. adalah tuhan sekalian alam yg harus
kita sembah dan tidak menyekutukan-Nya.
{وَلَكِنَّ اللَّهَ
حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ
الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}
“Tetapi Allah menjadikan kamu
sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan
perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”
(QS al-Hujuraat:7).
b. Rida kepada agama Allah Swt.
Rida terhadap agama Allah Swt.
berarti menerima dg sepenuh hati agama Allah Swt. yg berisi aturan-aturan yg
harus kita laksanakan dengan sepenuh hati dan larangan-larangan yang harus kita
tinggalkan dengan penuh keikhlasan.Sikap ikhlas berhubungan dg niat seseorang
ketika mengerjakan suatu, pekerjaan. Ikhlas atau tidaknya seseorang berniat
melakukan sesuatu pekerjaan sangat ditentukan oleh niatnya. Apabila seseorang
berniat melakukan sesuatu karena Allah Swt. dan mengharapkan rida-Nya, maka
hatinya berarti ikhlas. Sebaliknya apabila niatnya bukan karena Allah dg
mengharap pujian, sanjungan dan imbalan Berarti hatinya tidak ikhlas.
c. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah
dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat
syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan
syari’ah Islam.
Ayat Al -Qur'an tentang Ridho dalam
beribadah
وَمَا مِنْ
دَابَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(Q.S.Hud :6)
لِلْفُقَرَاءِ
الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي
الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
تَعْرِفُهُمْ
بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ
فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (273)
(Berinfaqlah) kepada orang-orang
fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha)
di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara
diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang
kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha
Mengatahui.(Q.S.Al-Baqarah : 273)
d. Ridha terhadap taqdir Allah.
Ada dua sikap utama bagi seseorang
ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha
merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan
kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. Perbedaan antara sabar dan
ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari
kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah.
Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan
menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu
tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
e. Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua
merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah swt. karena keridhaan
Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah dalam Q.S. Luqman
(31) ayat 14 ;
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “ Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah bersabda :
“Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung
murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan
kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya
keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia
mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan
panggilan ibunya.
f. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan
bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah
swt. karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial.
Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Dalil Al-Quran :
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
Artinya :
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah
akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,"
(tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).
B.
Keutamaan
Mencari Ilmu
1.
Dalil
حَدَّ ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ
الأعْمَشِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
[مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ
لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنّةِ[
Artinya: Telah menceritakan kepada kami
Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya
Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk
mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R. Muslim.no
2699) Imam Nawawi. (1999: hal 317)
حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ
عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ
سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:
قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم
(طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر
اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ
الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ
وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)
Mufrodat hadist
tentang menuntut ilmu
|
وَوَاضِعُ اْلعِلمِ |
عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ |
فَرِيْضَةٌ |
اْلِعلْمِ |
طَلَبُ |
|
Dan
meletakan ilmu |
Kepada
setiap orang muslim |
Wajib |
Ilmu |
Mencari |
|
وَالذَّهَبَ |
الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ |
اْلَخفَازِيْرِ |
كَمُقَلِّهِ |
عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ |
|
emas |
beberapa permata |
babi |
seperti orang yang mengalungi |
kepada orang yang bukan ahlinya |
Terjemah Hadits
Artinya :“Rosulullah Saw, telah bersabda : menuntut
ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada
orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang
menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan
beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)
2.
Dalil
Terkait Tentang Kewajiban/keutamaan dalam mencari Ilmu
Berbicara tentang Keutamaan-keutamaan/kewajiban
dalam menuntuu Ilmu, banyak dalil dari Al-qur’an ataupun Hadits yang menggambarkan
betapa pentingnya hal tersebut. (dsaymsudin.wordpress.com)
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan
didalam Al-qur’an dan Sunnah:
a.
Ditinggikan derajatnya oleh Allah
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ
وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini
mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700
derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.
b.
Seutama-utama orang yang beriman
أَفْضَلُ النَّاسِ الْمُؤْمِنُ الْعَالِمُ إِنِ
احْتِيْجَ إِلَيْهِ نَفَعَ وَإِنِ سْتُغْنِيَ عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ (رواه
البيهقي(
Artinya: “Seutama-utama manusia
ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan, maka ia menberi manfaat.
Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada dirinya
sendiri”. (HR. Al-Baihaqi)
c.
Sebagai amal yang tak putus
إِذَا مَاتَ ابْنُ اَدَمَ إِنْقَطَعَ عَمَلَهُ
اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ, أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ,أَوْ
وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْا لَهُ (رواه مسلم(
Artinya:“Jika anak Adam meninggal, maka
terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR.
Muslim)
3.
Uraian
Hadits
Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang
diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib,
maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti kita
menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Disamping itu,
timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi menjalankan perintah
rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang
lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong
perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah
menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat muslim dan dihadapak allah. Jadi
ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan sebagai pusat dari perubahan dan
perkembangan di dalam suatu masyarakat. Kaitannya dengan hadits diatas tersebut
bahwasannya ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan nabi yg
diberikan allah kepadanya. Begitu tingginya derajat orang yang berilmu disisi
allah dan manfaatnya ataupun pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan
dalam masyarakat.
Mengutip pendapat dari Dawam Rahardjo.(1996:530) “sungguh mulia orang yang berilmu, dan
semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk
surga allah, allah pun juga akan juga akan mempermudah baginya masuk surga”.
“Selain itu, tertuang dalam kitab syarah Fathul bari Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, (2002. jilid 5:hal 345). Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits
ini dapat dilihat dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan
nabi yang diberikan allah kepadanya”.
Dengan
mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum
allah dapat diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil,
karena salah satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban
lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya
bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi
kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga
melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak
diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini allah bersama malaikat
dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk
orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang
yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun
masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu
yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua
kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa
puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua
kebajikan dapat diraih. Selain allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi
di dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya kepada orang yang belum tahu. “seorang yang keluar dari rumahnya dalam
mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang
tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa
hidupnya”.
Keutamaan orang
yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu
tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini
allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan
ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak
terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya
dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga.
Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan
mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu
tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena
dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. “allah tidak pernah memerintahkan
kepada nabi-nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang
berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf”.
C. Hadis tentang
pemberian upah
1.
Dalil
وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم (
أَعْطُوا اَلْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ ) رَوَاهُ اِبْنُ
مَاجَه
Mufrodat tentang pemberian upah
|
عَرَقُهُ |
قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ |
أَجْرَهُ |
اَلْأَجِيرَ |
أَعْطُوا |
|
keringgatnya |
Sebelum menggering |
Upahnya |
Pekerja |
Berikanlah |
Artinya:
Dari Ibnu Umar RA. bahwa
Rasulullah SAW. bersabda:
"Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya."
(HR Ibnu Majah)
Agama adalah suatu peraturan Tuhan
yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan
pilihannya sendiri mengikutinya guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akherat. Yang
dimaksud agama di sini adalah agama Islam, yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits serta ilmu yang berkaitan dengan keagamaan. Jadi mengajar ilmu agama
adalah mengajarkan al-Quran atau hadits Nabi atau Ilmu yang berhubungan dengan
Islam, seperti Tauhid, Fiqih, Akhlak dan lain-lain. Mengajarkan ilmu agama
berarti menyampaikan kepada orang lain tentang kebenaran seperti yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. dan pengikutnya. Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an
dan Hadis Nabi serta implementasinya dalam masyarakat dan termasuk didalamnya
adalah amar ma’ruf nahi munkar (memerintah yang baik dan mencegah kemunkaran)
2. Hadis
Yang berkenaan dengan Upah mengajarkan Agama
Mengutup Isi makalah yang ditulis oleh http://ibnualihsani.blogspot.com (2017) menyebutkan
bahwa:
a. Hadits
( Tentang Larangan Menerima Upah Mengajarkan Agama )
قَالَ أُبَيْ بْنِ
كَعَبْ ׃ عَلِمْتُ رَجُلاً
الْقُرْﺁنَ فَأُهْدِيَ لِىْ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِي ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ فَقَالَ ׃
إِنْ أَخَذْتَهَا
أَحَذْتَ قَوْسًا مِنَ النَّارِ فَرَدَدْتُهَا ( راوه إبن ماجه و أبو
دوود )
Artinya Matan Hadits : “ Telah berkata Ubay
bin Ka’ab : Saya telah mengajar seorang laki-laki akan Qur’an, lalu dihadiahkan
kepada saya satu panah, lantas saya khabarkan yang demikian kepada Rasulullah
saw. Maka sabdanya : “Jika engkau ambil dia, berarti engkau ambil
satu panah dari api”. Lalu saya kembalikan dia. (HR.Ibnu Majah, Abu Daud).
b. Hadits ( Hadits yang
membolehkan Mengambil Upah dalam Mengajar )
وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ
رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ
مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ حَقًّا كِتَابُ اَللَّهِ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
Terjemahan
hadits : Dari Ibnu Abbas
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Hal yang paling patut kamu ambil upahnya ialah Kitabullah."
Dikeluarkan oleh Bukhari.
Upah mengajar ilmu agama terpulang kembali dengan niat masing-masing,
jika berniat ikhlas mencari ridho Allah SWT. Maka Allah yang akan memberikan
upahnya sendiri yaitu pahala di akhir nanti, seperti yang telah banyak
dijanjikan Allah SWT. Apabila ada pemberian dari yang diajari maka anggaplah
itu sebagai pemberian kebahagiaan (Bisyaroh) atau sebagai hibah atau hadiah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mencari
Ridha Allah
قَالَ
اللهُ : مَنْ لَمْ يَرْضَى بِقَضَائِيْ وَلَمْ يَشْكُرْ بِنِعْمَائِيْ وَلَمْ
يَصْبِرْ بِبَلاَئِيْ فَلْيَخْرُجْ تَحْتَ سَمَائِيْ وَلْيَطْلُبْ
رَبًّا سِوَائِيْ ) حديث قدسي(
Artinya: Allah berfirman
kepada rasul SAW: Barang siapa yang tidak ridha atas segala hukum
perintah, larangan, janji qadha dan qadar-Ku, dan tidak bersyukur atas segala
nikmat-nikmat-Ku, serta tidak sabar atas segala cobaan-Ku, maka keluarlah dari
bawah langit-Ku yang selama ini engkau jadikan sebagai atapmu, dan carilah
Tuhan lain selain diri-Ku (Allah)”.
a.
Tingkatan Ridho
1)
Ridha al-muhsinin
2)
Ridha al-Syuhadai
3)
Ridha al-shiddiqina
4)
Ridha al-muqarrabin
b.
Macam-Macam
Sikap Ridha
1)
Rida
kepada Allah Swt.
2)
Rida
kepada agama Allah Swt.
3)
Ridha
terhadap perintah dan larangan Allah
4)
Ridha
terhadap taqdir Allah.
5)
Ridha
terhadap perintah orang tua.
6)
Ridha
terhadap peraturan dan undang-undang Negara
2.
Keutamaan
Mencari Ilmu
حَدَّ ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ
الأعْمَشِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ
رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
[مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ
لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنّةِ[
Artinya: Telah menceritakan kepada kami
Abu Mu’awiyah dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasannya
Rosulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk
mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R.
Muslim.no 2699) Imam Nawawi. (1999: hal 317)
حَدَ ثَنَا
هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ
مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:
قال
رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر
اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ
الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ
وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)
Artinya :“Rosulullah Saw, telah bersabda :
menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada
orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang
menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan
beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)
Adapun beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam
Al-qur’an dan Sunnah:
a.
Ditinggikan derajatnya oleh Allah
b.
Seutama-utama orang yang beriman
c.
Sebagai amal yang tak putus
Menuntut ilmu, adalah sesuatu yang diwajibkan bagi
setiap Muslim, baik itu menuntut ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya.
kedudukan ilmu dalam kehidupan sangat pentingnya. Terutama ilmu agama yaitu
agama Islam yang telah disempurkan oleh Alah SWT.
3.
Hadis tentang pemberian upah
وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ
-رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم (
أَعْطُوا اَلْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ ) رَوَاهُ اِبْنُ
مَاجَه
Artinya:
Dari Ibnu Umar RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
"Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya."
(HR Ibnu Majah)
a.
Hadits
( Tentang Larangan Menerima Upah Mengajarkan Agama )
قَالَ
أُبَيْ بْنِ كَعَبْ ׃ عَلِمْتُ
رَجُلاً الْقُرْﺁنَ فَأُهْدِيَ لِىْ قَوْسًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِي ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ فَقَالَ ׃
إِنْ أَخَذْتَهَا
أَحَذْتَ قَوْسًا مِنَ النَّارِ فَرَدَدْتُهَا ( راوه إبن ماجه و أبو
دوود )
Artinya Matan Hadits : “
Telah berkata Ubay bin Ka’ab : Saya telah mengajar seorang laki-laki akan
Qur’an, lalu dihadiahkan kepada saya satu panah, lantas saya khabarkan yang
demikian kepada Rasulullah saw. Maka sabdanya : “Jika engkau ambil dia,
berarti engkau ambil satu panah dari api”. Lalu saya kembalikan dia. (HR.Ibnu
Majah, Abu Daud).
b.
Hadits ( Hadits yang membolehkan Mengambil
Upah dalam Mengajar )
وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ
رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِنَّ أَحَقَّ
مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ حَقًّا كِتَابُ اَللَّهِ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
Terjemahan hadits : Dari
Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Hal yang paling patut kamu ambil upahnya ialah Kitabullah."
Dikeluarkan oleh Bukhari.
Upah
mengajar ilmu agama terpulang kembali dengan niat masing-masing, jika
berniat ikhlas mencari ridho Allah SWT. Maka Allah yang akan memberikan upahnya
sendiri yaitu pahala di akhir nanti, seperti yang telah banyak dijanjikan Allah
SWT. Apabila ada pemberian dari yang diajari maka anggaplah itu sebagai
pemberian kebahagiaan (Bisyaroh) atau sebagai hibah atau hadiah.
B.
SARAN
Sebagai
Penyusun makalah ini, dengan Materi yang sangat menarik dan penyusun merasa
masuh banyaknya kekurangan khususnya dalam hal Literasi dan kajian teori
tentang Keikhlasan, Honor dan Gaji dalam pendidikan. Dan penulis sekaligus
penyusun Makalah ini menyadari betul bahwa tulisan ini masih perlu banyak
sumbangsih saran dan masukan yang mendukung dalam penyempurnaan Makalah ini.
semoga
Allah SWT dapat memberikan kekuatan untuk Penysusun dan pembaca guna memberikan
Kritik yang membangun dan dapat memberikan tambahan Literasi guna tulisan ini
dapat diterima dan menjadi Tambahan Ilmu bagi pembaca. AMIN
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an dan
terjemahan. 2017. Kementrian Agama Republik Indonesia.
Dawam Rahardjo. 1996. Ensiklopedi Al-qur’an. Jakarta : Paramida
http://mynameallzero.blogspot.com/2016/12/makalahakidah-akhlaq.html (diakses 19 Januari 2022)
https://dsyamsudin.wordpress.com/2014/07/01/makalah-hadit-menunutut-ilmu/#_ftn3 (diakses 19 Januari 2022)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5866155/10-hadits-menuntut-ilmu-untuk-memudahkan-jalan-ke-surga. (diakses 15 Januari 2022)
Ibnu
Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh. 2002. Fathul Baari syarah jilid
5 (jakarta : pustaka Azzam.
Imam Nawawi, Terjemah RIyadhus Sholihin,ter.
Achmad Sunarto (Jakarta: Pustaka Amani, 1999)