TUGAS: 3.1.A.9. KONEKSI ANTARMATERI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN
PEMBELAJARAN
OLEH NURWAHID
CGP ANGKATAN 4 KABUPATEN MELAWI
PROVINSI KALIMANTAN BARAT.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik,
namun mengajarkan mereka apa yang
berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is
best).
Bob Talbert
1.
Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Pendidikan
sangat erat kaitannya dengan Guru, Murid, Kurikulum dan tempat (Gedung dan
Kelas). Dimana disanalah akan adanya nilai-nilai penanaman pengetahuan,
pembentukan karakter dan pengalaman serta
proses belajar mengajar yang akan menjadi makna dalam kehidupan bagi
murid, guru dan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pemikiran Pendidikan
Nasional Indonesia tidak bisa kita
lepaskan dari konsep pemikir-pemikir terdahulu. Sejarah pendidikan Indonesia
telah mencatat bahwa pendidikan indonesia ini tidak bisa kita pisahkan dari
peran dan Tokoh utama dalam Visinya mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu Ki
Hajar Dewantara.
Masih
lekat hingga hari ini, Topi murid-murid SD bahkan hingga SMA memiliki Logo yang
bertuliskan Tutwuri Handayani. Semasa kecil bahkan hingga SMA banyak dari kita
saat itu tidak menanyakan apa makna maksud dari logo dan semboyan tersebut
kepada guru-guru kita. Atau bahkan hari ini, para pendidik belum bisa dan
menemukan makna konkrit dari semboyan tersebut. Dan ini juga yang dimungkinkan
salah satu faktor mengapa kita kerap salah dalam melakukan praktik baik dalam
belajar dan pembelajaran.
Sebagai
Pejuang pendidikan, Ki Hajar Dewantara kerap memberikan dan mencurahkan
pemikiran-pemikirannya terntang pendidikan yang semuanya untuk dan berpusan
kepada murid. Seperti kita ketahui bahwa, yang paling berpengaruh dalam
pendidikan kita di Indonesia adalah
pandangan Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa dengan filosofi Patrap
Triloka. Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yang sampai saat ini menjadi
panutan di dunia pendidikan Indonesia yaitu Ing ngarso sung
tuladha (di depan memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di
tengah membangun motivasi dan semangat), Tut wuri handayani (di
belakang memberikan dukungan). Patrap Triloka ini juga dapat menjadi asas bagi
guru dalam perannya sebagai seorang pemimpin pembelajaran, yang keumudian
Bagaimana semboyan-semboyan ini berpengaruh terhadap peran, kretivitas dan
keterampilan guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?”
Ing ngarso
sung tuladha mengajarkan bagi seorang pendidik bagaimana setiap kebijakan dan
pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus mampu memberikan keteladanan
bagai murid dan lingkungan. Tidak hanya itu, pengambilan keputusan yang
memberikan keteladan juga sebagai
nilai-nilai kebajikan yang harus tertanam bagi guru dalam hidup dan
kehidupannya sehingga murid pun dapat merasakan setiap apa yang dia dapatkan
selama prose belajar berlangsung. Ing madya mangun karsa. Semboyan ini memberikan
kekuatan bagi guru bahwa pengambilan keputusa sebagai pemimpin pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, harus dapat menjadi Asupan pembangkit motivasi dan
Semangat bagi muridnya dan guru-guru atau rekan sejawad agar tetap terus
semangat guna menggali potensi baik dan berusaha terus menjadi yang terbaik.
Dengan semboyan Tut wuri handayani ini, bagai mana pengambilan
keputusanyang dilakukan oleh seorang guru harus betul-betul memberikan dorongan
bagi individu untuk mengeluarkan segenap Potensinya.
2.
Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Disadari
atau tidak, sebagai guru tentu kita mempunyai nilai-nilai kebajikan universal
yang melekat dan tertanam dalam diri dan jiwa. Selain itu, dalam literasi
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, setidak nya ada 3 prinsip
dalam pengambilan suatu keputusan, dan Ketiga prinsip tersebut adalah: Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Dari
ketiga prinsip tersebut, maka Setiap
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya sedikit banyak akan berkaitan
dengan nilai-nilai yang sudah tertanam dan terpatri erat dalam diri kita.
Setiap Prinsip yang kita diambil, akan cenderung mengikuti nilai-nilai apa yang
ada dalam diri individu/seseorang. Sebagai contoh, Seseorang guru yang tidak
bisa mengendalikan emosinya dengan baik mampu menguasai Egonya (tidak egois),
reflektif, kolaboratif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi, akan
cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
Sedangkan seseorang guru yang memiliki nilai diri mandiri, jujur, disiplin dan
memiliki komitmen yang kuat untuk taat pada peraturan cenderung memilih prinsip
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Selanjutnya seseorang guru
yang memiliki nilai empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan rasa kepedulian
cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking). Namun tentunya yang terbaik adalah bagaimana seorang guru mampu
mengkolaborasikan antra prinsip pengambilan keputusan dan nilai-nilai dalam
diri dengan menyesuaikan masalah yang sedang dihadapi, sehingga keputusan yang
diambil akan cenderung lebih Efektif, terukur dan dapat dipertanggung jawabkan.
3.
Bagaimana
kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi
'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Materi-materi dan bimbingan yang diberikan
Pengajar praktik dan Fasilitator telah membantu saya dalam melakukan pemahaman,
melatih saya dan mengevaluasi dalam
praktik pengambilan keputusan. Apakah keputusan yang saya ambil sudah sisuai
dan berpihak pada murid. Mungkin setiap orang mempunyai persepsi yang sama,
bahwa hal yang paling sulit dalam pembelajaran salah satunya adalah melakukan
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang berdampak Positif dan
sesuai dengan Nilai-nilai kebajikan religius, Lingkungan, murid dan rekan
sejawat. Atau bahkan keputusan yang kita
ambil cenderung salah dan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh
karena itu, Prosesi Coaching membantu kita dan dengan proses Coaching juga memilikin
peran penting yang tidak hanya membantu Koachee mengurai dan menyelesaikan
masalah, namun juga dengan Informasi yang diberikan dan di sampaikan Coachee
dapat membantu Coach dalam peranannya pengambilan keputusan yang efektif,
terencanya, terukur dan berdampak. Selain itu, proses coaching juga memberikan kemudahan
kepada Guru yang berperan sebagai coach untuk menggali informasi dan meberikan
pertanyaan-pertanyaa outentik yang mengarah kepada identifikasi dan sarana
untuk pemenuhan 4 paradigama dilema Etika , 3 prinsip dan 9 (sembilah) bahan
konsep pengambilan dan uji keputusan pada pengambilan keputusan Sebagai
pemimpin pembelajaran.
4.
Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai pemimpin pembelajaran kita terkadang salah
dalam melakukan pengambilan keputusan, atau bahkan ragu dengan hasil yang telah
kita putuskan, terkadang pula keputusan itu tidak sesuai dengan Nilai-nilai
kebajikan lingkungan atau muncul pertanyaan-pertanyan dan lahirnya opsi lain
dalam penyelesaiannya. Untuk itu, Usaha Sadar dalam pengambilan keputusan yang
dibutuhkan dan benar-benar harus dengan emosional yang stabil. Kita sering
dituntut untuk cepat dan tanggap dalam pengambilan keputusan, dan dari sini
pula kita harus dan jangan sampai merugikan dan tidak berpihak pada murid. Proses
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dengan segala kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self
management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills) yang dilakuakn oleh
guru tentu akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan
dorongan secara moril maupun materiil bagi semua warga sekolah tak terkecuali
murid-muridnya.
5.
Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Ketika saya dihadapakan pada suatu kasus, utamanya
masalah dilema Etika ataupun bujukan Moral, maka saya harus terampil dalam
menyelesaianya. Dan hal utama yang harus saya lakukan adalah dengan melakukan
analissi dan menentukan bentuk dilema yang terjadi. Jika yang dihapkan pada
dilema Etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut
pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma
dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari
keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.
Sebagai seorang pendidik yang telah memiliki
dan tertanam nilai-nilai guru penggerak yaitu Mandiri, inovatif, kolaboratif,
reflektif dan berpihak pada murid, serta nilai-nilai luhur lainnya yang telah
tertanam dalam jiwa seorang guru dan CGP, maka sudah sepatutnya dan menjadi
keharusan bahwa Mengahadapi Kasus dan masalah, mengkaji dan menganalisisnya
serta melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran juga harus
berpihak pada murid, terukur dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.
Selain itu, keputusan yang ditetapkan juga dapat dipertanggung jawabkan.
6.
Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Dalam Pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran yang tepat adalah manakala dilakukan dengan Tahapan demi tahapan,
melalui pengkajian, identifikasi dan dilakukannya analisis yang jelas dan
tepat. Sesuai dengan Literasi yang sudah kita dapatkan, maka perlu kita
memeperhatikan dan mempertimbangkan 4 (empat) paradigma dilema Etika, paradigma
Dilema Etika apa yang sedang kita hadapi. Apakah dilema Etika Individu lawan
masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan atau
jangka panjang lawan jangka pendek. Selain itu, Apakah keputusan yang kita
ambil sudah sesuai dengan Prinsip Dilema Etika, apakah Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Serta
dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut
yaitu:
a.
Mengenali nilai-nilai yang
saling bertentangan
b.
Menentukan siapa saja yang
terlibat
c.
Mengumpulkan fakta-fakta
yang relevan
d.
Pengujian benar atau salah
yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman
depan koran, uji keputusan panutan/idola
e.
Pengujian paradigma benar
lawan benar
f.
Prinsip Pengambilan
Keputusan
g.
Investigasi Opsi Trilemma
h.
Buat Keputusan
i.
Tinjau lagi keputusan Anda
dan refleksikan.
7.
Selanjutnya,
apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam pengambilan keputusan sebagai guru dan
CGP adalah ketika menentukan dan melakukan Identifikasi terhadap Dilema. Apakah
itu dilema Etika atau Bujukan Moral. Selalin itu setidaknya adala beberapa
kesulitan lain yang dialami, yaitu:
a.
Nilai dan budaya yang masih kental
dimasyarakat, yang terkadang terasa kabur jika dibandingkan dengan nilai-nilai
kebajikan lainnya.
b.
Paradigma berfikir disebabkan kurang
dinamisnya dalam menerima informasi dan perubahan hal-hal yang baru yang lebih
efektif dan efesien.
c.
Akurasi informasi yang diperoleh tidak
akurat, sehingga sulitnya dalam melakukan identifikasi masalah.
8.
Dan pada
akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh seorang guru tentu memiliki korelasi yang sangat
erat dan saling mempengaruhi. Artinya bahwa kita sebagai guru bukan hanya bisa
memberikan dan mentrasnfer pengetahuan saja, namun jauh dari itu, guru hari ini
harus mampu juga menjadi teladan, motivator sekaligus sebagai pendorong Murid
dan teman sejawat. Karena pada konteks pembelajaran, maka keputusan yang
dilakukan harus sesuai dan keputusan yang berpihak pada peserta didik. Oleh Karena
itu, setiap keputusan yang oleh guru dan CGPmerupakan sebagai bentuk
proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kodrat alam, zaman dan potensi serta budaya yang dimilikinya. Guru hendaknyan
dapat memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka
mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya.
Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai
dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena
pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan
kebahagian pada murid.
9.
Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai pemimpin pembelajaran, tentu dalam
pengambilan keputusan banyak pertimbangan yang harus diperhatikan. Salah satunya
adalah memperhatikan kebutuhan peserta didik. Setiap keputusan pembelajaran
yang kita lakukan harus dapat mempengaruhi sendi-sendi Bagi kehidupan masa
depan murid. Bagaiman murid dapat mengali setiap Potensinya dari cara
pembelajaran yang dilakaukan oleh guru, keputusan yang diambil juga harus dapat
menuntun murid dalam tumbuh kembangnya, lakunya dan cara berfikir murid hingga mereka
dapat memaknai dari setiap pengajaran yang dilakukan guru dan menjadi sebuah
Nilai dan budaya baik yang tertanam dalam
diri dan jiwanya untuk tumbuh dan hidup sesuai dengan Kudrat dan zamannya serta
budaya tempat tinggalnya.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran
modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pada rangkaian Jurnal yang saya tuliskan pada
kali ini yang berkaitan dengan modu 3.1.a.9 Koneksi antar materi, maka ada
beberapa catatan penting sebagai bentuk kesimpulan Akhir Modul 3.1. Kita
sebagai Guru yang akan menerapkan praktik baik tentang pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran, dimana dalam pelaksanaannya secara langsung kita
akan memerankan filosofi Pratap Triloka sebagaimana yang disampaikan
Oleh Ki Hajar Dewantara. Guru akan menjadi teladan, guru akan menjadi Motivator
dan penyemangat bagi murid dan rekan sejawat, dan guru juga akan menjadi
pendorong yang diwujudkan dengan menjadi pemimpin dalam nenuntun laku atau budi
pekrti murid dan penanaman Budaya Positif untuk murid, lingkungan dan warga
belajar dan pembelajaran yang ada di sekolah.
Menjalankan praktik baik dari Filosofi Ki
Hajar Dewantara tentu tidaklah mudah, terlebih dalam melaksanakan pembelajaran
yang berpusat pada murid. Untuk itu,
guru dan CGP yang akan menjadi agen perubahan harus menyusun dan mempuyai
Visi yang jelas. Dan untuk mewujudkannya, perlu melakakukan tahapan perubahan dengan
manajemen, metode dan teknik BANGJA. Selain itu, dengan Kemampuan guru dalam
mengelola Sosial Emosional yang matang,
dengan keterampilan dan cara pembelajaran yang dilakukan guru, maka
sedah sepatutnya guru harus mengintegrasikan pembelajaran dengan
Berdiferensiasi guna pembelajaran yang mengedepankan kebutuhan murid. Dengan ini
pula, selain melakukan pembelajaran didalam kelas dan diluar kelas, guru juga
harus berperan sebagai coach dengan penerapan model TIRTA dalam mengoptimalkan,
menggali potensi murid dan membantu murid dalam permasalahan dalam pembelajaran
yang tepat dan terarah untuk mewujudkan merdeka belajar dan memiliki Murid
dengan Profil Pelajar pancasila dan nilai-nilai yang terkandung dalam Filosofi
Ki hajar Dewantara.
.jpg)