Cerita dibalik tradisi keluarga ku.
Aspek budaya
Bentuk nya:
Acara Peringatan kelahiran atau weton bayi bada masyarakat jawa kebumen (study
masyarakat desa sungai deras RT.03/rw 02 dusun pendamar kec. Teluk pakedai kab.
Kubu raya).
Sejarahnya : Latar belakang among-among yaitu, pengaruh budaya jawa yang kental dan
tujuannya adalah untuk memperingati kelahiran anak dan mendoakan anak semoga
sehat selalu. Among-among merupakan tradisi masyarakat jawa yang salah-satunya berkembang
di wilayah Banyumas. Dan among-among sendiri salah satu ritual untuk
memperingati hari kelahian bayi. Hari kelahiran bayi itu sendiri dihitung dan
diperingati menurut perhitungan hari kalender perpaduan antara moderen (senin,
selasa, rabu, kamis, juma’at dan sabtu) dengan perhitungan jawa (legi, pahing,
pon, wage, kliwon).
Menurut cerita yang disampaikan oleh ibu Suwarti (55 tahun) menyebutkan
berdasarkan informasi dan cerita yang didapat dari orang tua beliau. Bahwa
tradisi among-among ini muncul pada masa pemerintahan sultan agung dari
kerajaan mataram atas ajaran raden sahid atau sunan kali jaga. Dalam berdakwah
cara yang dipakai sultan agung serupa dengan cara yang digunakan oleh sunan
kali jaga. Yakni melalui pendekatan kultur budaya. Untuk menarik perhatian
dikalangan masyarakat setempat. Ia mencoba memadukan sajian yang ada dalam
masyarakat dengan dakwah islam. Yang kemudian dikenal dengan sebagai tradisi
Among-among yang berfungsi sebagai sarana penyiar agama islam.
Ditambahakan dalam cerita ibu suwarti bahwa orang dahulu untuk pertama
kalinya sajian yang diadakan dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi
Muhaamad SAW. Dalam acara ini didalamnya dibacakan riwayat hidup dan
keterangan-keterangan tentang ajaran islam sebagai upaya pembinaan budi
pekerti. Sajian yang dihidangkan baik berupa makanan ataupun uang receh dan
dedaunan merupakan sarana simbolik untuk mencapai maksud dan sarana untuk
mendekatkan diri kepada sang pencipta. Karena ada unsur religius didalamnya.
Alat :
Among-among sebagai bentuk syukur orang tua bagi balitanya saat
bertepatan dengan weton kelahiran bayinya. Dengan hidangan sederhanya berupa
nasi putih, sayur, kluban, tempe goreng, remasan krupuk, dan telur rebus yang
dipotong kecil-kecil menyatu di atas tampah dengan dasar daun pisang. Di bawah
tampah, terdapat baskom berisi air, uang receh
dan daun tawa ada juga yang menggunakan daun dadap.
Pelaku : Among-among adalah kebudayaan yang ada khususnya masyarakat jawa
tengah yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran (weton) dalam
penganggalan jawa dan digunakan untuk menuangkan rasa syukur kepada tuhan atas
kejadian yang baik-baik untuk masyarakat tersebut.
Orang tua anak yang akan memperingati kelahiran anak mengadakan syukuran
dengan cara adat jawa yaitu “Among-among”.Orang tua yang punya hajat mengundang
anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya, untuk menyantap hidangan syukuran
yang telah disediakan oleh keluarga tersebut.
Kemudian setelah itu uang receh yang ada di dalam baskom tadi dibagikan
kepada anak-anak tadi, setelah semuanya mendapatkannya, anak-anak tadi pamitan
pulang dengan berjabat tangan maka selesailah acara among-among.
Dalam among-among menggunakan tampah dan baskom yang berisi air dan di
dalamnya ada uang receh dan daun tawa melambangkan kemakmuran, keselamatan dan
banyak rezeki. Adapun anak-anak duduk melingkari tampah melambangkan
persaudaraan.
Waktu : Waktu pelaksanaan upacara tradisi among-among adalah dilakukan
setiap seorang anak telah memasuki waktu (weton) kelahiran. Kegiatan ini bisa
dilakukan pada pagi hari, siang ataupun malam. Hanya kebiasaan yang terjadi
pada masyarakat Desa Sungai Deras dilakukan pada siang hari dan pas pada waktu
anak pulang sekolah.
Tempat :
Nilai/motif :
Bicara soal
makna ataupun nilai, selain sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, menurut saya
banyak makna yang terkandung di dalamnya. Diantaranya:
1.
Keimanan,
karena dalam acara/tradisi among-among ini Tak pernah lupa berdoa
sebelum dan sesudah menyantap hidangan.
2.
Kesederhanaan
Cukup dengan makanan dan lauk sederhana. Tak perlu catering, sewa
restoran dan hotel mewah.seluruh undangan yang dalam hal ini adalah anak-anak
cukup antusias dan semangat dalam melangsungkan kegiatan among-among ini.
3.
Kebersamaan,
hal ini tampak pada kegiatan anak-anak yang menikmati hidangan Setampah
bersama cukup menggambarkan suasana kebersamaan dan keriuhan yang menunjukan
betapa riang dan gembiranya mereka..
4.
Kepedulian
Sebelum among-among dimulai, anak-anak saling menghampiri. Bahkan
rela keliling kesana kemari mencari teman yang tak ia dapati. Jika tak bisa
ikut menyantap among-among bersama, tak jarang mereka dibanduli sepincuk nasi.
Apakah budaya
itu bertentangan atau beriringan dengan agama ???????
Tradisi Among-among ini
menjadi kebiasaan normatif yang mendarah daging dan memainkan peran yang
penting dalam setiap tahap kehidupan. Segala keberhasilan yang dicapai selalu
dikaitkan dengan tradisi among-among dan sebaliknya kegagalan yang dialami oleh
seseorang, disebabkan karena orang tersebut tidak melaksanakan tradisi
among-among. Namun disisi lain tradisi ini disebutkan oleh mereka yang
melaksanakan bukan sebagai pengabul do’a hanya sebagai simbolik untuk menuju
keselamatan.
Sesuai dengan paparan
untuk mencari makna yang terkandung dalam tradisi among-among. Maka menurut
penulis budaya dan tradisi ini harus tetap di pertahankan mengingat dalam
upacara tradisi ini ada unsur religus. Terlihat pada orang tua yang
memperingati weton atau tanggal kelahiran anaknya mengundang ustazd atau
ustazah untuk memimpin tradisi ini. Dan ustadz/ustazah yang dipercaya memimpin
dengan berdoa kepada sang pencipta, tawasul dan mengucapkan kalimat-kalimat
Toyyibah dan berdoa kepada sang khaliq.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar