Jumat, 01 Januari 2016

budaya Among-Among di desa ku Sungai Deras



Cerita dibalik tradisi keluarga ku.
Aspek budaya
Bentuk nya: Acara Peringatan kelahiran atau weton bayi bada masyarakat jawa kebumen (study masyarakat desa sungai deras RT.03/rw 02 dusun pendamar kec. Teluk pakedai kab. Kubu raya).
Sejarahnya : Latar belakang among-among yaitu, pengaruh budaya jawa yang kental dan tujuannya adalah untuk memperingati kelahiran anak dan mendoakan anak semoga sehat selalu. Among-among merupakan tradisi masyarakat jawa yang salah-satunya berkembang di wilayah Banyumas. Dan among-among sendiri salah satu ritual untuk memperingati hari kelahian bayi. Hari kelahiran bayi itu sendiri dihitung dan diperingati menurut perhitungan hari kalender perpaduan antara moderen (senin, selasa, rabu, kamis, juma’at dan sabtu) dengan perhitungan jawa (legi, pahing, pon, wage, kliwon).
Menurut cerita yang disampaikan oleh ibu Suwarti (55 tahun) menyebutkan berdasarkan informasi dan cerita yang didapat dari orang tua beliau. Bahwa tradisi among-among ini muncul pada masa pemerintahan sultan agung dari kerajaan mataram atas ajaran raden sahid atau sunan kali jaga. Dalam berdakwah cara yang dipakai sultan agung serupa dengan cara yang digunakan oleh sunan kali jaga. Yakni melalui pendekatan kultur budaya. Untuk menarik perhatian dikalangan masyarakat setempat. Ia mencoba memadukan sajian yang ada dalam masyarakat dengan dakwah islam. Yang kemudian dikenal dengan sebagai tradisi Among-among yang berfungsi sebagai sarana penyiar agama islam.
Ditambahakan dalam cerita ibu suwarti bahwa orang dahulu untuk pertama kalinya sajian yang diadakan dalam rangka memperingati hari kelahiran nabi Muhaamad SAW. Dalam acara ini didalamnya dibacakan riwayat hidup dan keterangan-keterangan tentang ajaran islam sebagai upaya pembinaan budi pekerti. Sajian yang dihidangkan baik berupa makanan ataupun uang receh dan dedaunan merupakan sarana simbolik untuk mencapai maksud dan sarana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Karena ada unsur religius didalamnya.  
Alat     : Among-among sebagai bentuk syukur orang tua bagi balitanya saat bertepatan dengan weton kelahiran bayinya. Dengan hidangan sederhanya berupa nasi putih, sayur, kluban, tempe goreng, remasan krupuk, dan telur rebus yang dipotong kecil-kecil menyatu di atas tampah dengan dasar daun pisang. Di bawah tampah, terdapat baskom berisi air, uang receh  dan daun tawa ada juga yang menggunakan daun dadap.
Pelaku : Among-among adalah kebudayaan yang ada khususnya masyarakat jawa tengah yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran (weton) dalam penganggalan jawa dan digunakan untuk menuangkan rasa syukur kepada tuhan atas kejadian yang baik-baik untuk masyarakat tersebut.
Orang tua anak yang akan memperingati kelahiran anak mengadakan syukuran dengan cara adat jawa yaitu “Among-among”.Orang tua yang punya hajat mengundang anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya, untuk menyantap hidangan syukuran yang telah disediakan oleh keluarga tersebut.
Kemudian setelah itu uang receh yang ada di dalam baskom tadi dibagikan kepada anak-anak tadi, setelah semuanya mendapatkannya, anak-anak tadi pamitan pulang dengan berjabat tangan maka selesailah acara among-among.
Dalam among-among menggunakan tampah dan baskom yang berisi air dan di dalamnya ada uang receh dan daun tawa melambangkan kemakmuran, keselamatan dan banyak rezeki. Adapun anak-anak duduk melingkari tampah melambangkan persaudaraan.
Waktu    : Waktu pelaksanaan upacara tradisi among-among adalah dilakukan setiap seorang anak telah memasuki waktu (weton) kelahiran. Kegiatan ini bisa dilakukan pada pagi hari, siang ataupun malam. Hanya kebiasaan yang terjadi pada masyarakat Desa Sungai Deras dilakukan pada siang hari dan pas pada waktu anak pulang sekolah.
Tempat            :
Nilai/motif       :
Bicara soal makna ataupun nilai, selain sebagai bentuk ungkapan rasa syukur, menurut saya banyak makna yang terkandung di dalamnya. Diantaranya:
1.      Keimanan, karena dalam acara/tradisi among-among ini Tak pernah lupa berdoa sebelum dan sesudah menyantap hidangan.
2.      Kesederhanaan Cukup dengan makanan dan lauk sederhana. Tak perlu catering, sewa restoran dan hotel mewah.seluruh undangan yang dalam hal ini adalah anak-anak cukup antusias dan semangat dalam melangsungkan kegiatan among-among ini.
3.      Kebersamaan, hal ini tampak pada kegiatan anak-anak yang menikmati hidangan Setampah bersama cukup menggambarkan suasana kebersamaan dan keriuhan yang menunjukan betapa riang dan gembiranya mereka..
4.      Kepedulian Sebelum among-among dimulai, anak-anak saling menghampiri. Bahkan rela keliling kesana kemari mencari teman yang tak ia dapati. Jika tak bisa ikut menyantap among-among bersama, tak jarang mereka dibanduli sepincuk nasi.
Apakah budaya itu bertentangan atau beriringan dengan agama ???????
Tradisi Among-among ini menjadi kebiasaan normatif yang mendarah daging dan memainkan peran yang penting dalam setiap tahap kehidupan. Segala keberhasilan yang dicapai selalu dikaitkan dengan tradisi among-among dan sebaliknya kegagalan yang dialami oleh seseorang, disebabkan karena orang tersebut tidak melaksanakan tradisi among-among. Namun disisi lain tradisi ini disebutkan oleh mereka yang melaksanakan bukan sebagai pengabul do’a hanya sebagai simbolik untuk menuju keselamatan.
Sesuai dengan paparan untuk mencari makna yang terkandung dalam tradisi among-among. Maka menurut penulis budaya dan tradisi ini harus tetap di pertahankan mengingat dalam upacara tradisi ini ada unsur religus. Terlihat pada orang tua yang memperingati weton atau tanggal kelahiran anaknya mengundang ustazd atau ustazah untuk memimpin tradisi ini. Dan ustadz/ustazah yang dipercaya memimpin dengan berdoa kepada sang pencipta, tawasul dan mengucapkan kalimat-kalimat Toyyibah dan berdoa kepada sang khaliq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas 3.3.a.10 Aksi Nyata- Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

  Tugas 3.3.a.10. Aksi Nyata Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid Oleh. Nurwahid CGP Angkatan 4 Kabupaten Melawi Provinsi Kalimanta...